Pejabat Ilegal Tak Bakal Digeser

Pejabat Ilegal Tak Bakal Digeser

CIREBON - Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati kembali bicara terkait mutasi pejabat yang dilakukan Mantan Rektor Dr H Djakaria Machmud SE SH MSi pada masa perpanjangan jabatan. Meski ilegal, tapi pihak yayasan meminta pejabat rektor untuk tidak melakukan pergeseran personel hingga terpilihnya rektor definitif. Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati, H Asep Djajuli melalui Kabiro Humas Unswagati, Harmono SH MH mengatakan, terhadap kebijakan yang bersifat internal, khususnya menyangkut personel, maka pihak yayasan telah meminta pejabat rektor untuk tidak menggeser pejabat yang sudah ada. Hal itu dilakukan hingga terpilihnya rektor definitif. \"Kebijakan internal khususnya yang menyangkut personel, karena itu kebutuhan organisasi dan demi keberlangsungan lembaga, maka sudah disampaikan bahwa kami meminta pejabat rektor tidak melakukan pergeseran personel. Hingga terpilihnya rektor definitif,\" ujarnya. Itu berarti, lanjut dia, posisi pejabat yang ada saat ini tetap dipertahankan. Terkait SK mutasi, Harmono pun menegaskan akan dilakukan perbaikan oleh pejabat rektor. \"Sepanjang itu menyangkut internal, maka apabila dipandang perlu terhadap SK, maka akan ada perbaikan SK oleh pejabat rektor,\" tukasnya. MAHASISWA TUNTUT PERMINTAAN MAAF SENAT-YAYASAN Polemik yang terjadi di lingkungan pendidikan Unswagati disesalkan oleh pihak mahasiswa. Pasalnya, akibat kelalaian sejumlah pihak, mahasiswa menjadi pihak yang dirugikan. Salah satu mahasiswa, Kris Herwandi menjelaskan, polemik yang terjadi di Unswagati ini tidak hanya dikarenakan kesalahan mantan rektor Dr Djakaria Machmud SE SH MSi, melainkan kesalahan bersama, yaitu kesalahan senat dan juga Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati. Mengingat, lanjut dia, baik senat ataupun yayasan membiarkan kekeliruan yang ada, yaitu perpanjangan masa jabatan rektor. Malah, lanjut dia, baik senat ataupun yayasan memberikan kesan bahwa perpanjangan rektor ini telah sesuai dengan ketentuan yang ada. \"Saat jabatan rektor habis, tidak ada satupun yang teriak bila keputusan itu keliru. Senat, yayasan berlaku sebaliknya, malah membela mati-matian bahwa yang diambil sudah sesuai. Padahal, bila diingat, beberapa mahasiswa telah mengingatkan melalui demonstrasi bahwa langkah yang diambil yayasan keliru,\" beber Kris, kemarin (13/2). Sehingga, kata dia, pihak senat dan yayasan termasuk pihak yang harus bertanggung jawab terkait masalah ini. Terlebih pada akhirnya mahasiswalah yang menjadi korban kelalaian ini. \"Mahasiswa yang sekarang menjadi korban. Tidak ada permohonan maaf dari unsur senat ataupun yayasan, hal ini yang kami sesalkan,\" tukasnya. Senada, Friendy Oktian, mahasiswa Fakultas Ekonomi itu mengharapkan Unswagati dalam menjalani aktivitas akademik tetap harus sesuai dengan hukum yang ada. \"Tugas Unswagati sekarang adalah memperbaiki citra di hadapan masyarakat dengan dibantu oleh media,\" ujarnya. Dede Abdullah, mahasiswa Teknik Sipil juga berharap, polemik yang terjadi bisa segera selesai. Ia juga meminta agar kepemimpinan Unswagati selanjutnya dapat meningkatkan kualitas dan sarana pra sarana yang memadai. \"Jangan bayarnya aja yang mahal, tapi sarana dan prasarananya juga harus memadai,\" harap Dede. Lain lagi dengan harapan dari Jimmy, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unswagati Cirebon ini berharap, dalam pemilihan rektor nanti tidak hanya menjadi pertarungan sentimen dan pertarungan individu. \"Tapi, pemilihan rektor menjadi pertarungan visi calon untuk membangun civitas akademika menjadi lebih dewasa dan berpikir lebih sehat. Caranya dengan membangun fasilitas yang tidak hanya infrastruktur tapi juga suprastruktur,\" pesannya. Sementara itu, munculnya gerakan Unswagati Love Movement (ULM) Save Unswagati, ditanggapi positif oleh Adrian, mahasiswa FISIP Unswagati. Namun Adrian berharap, ULM jangan hanya mengawal pada sampai taraf pemilihan rektor dan melakukan selektifikasi terhadap calon rektor. \"Tapi terus mengontrol dan mendorong jalannya sistem akademik yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan saya berharap rektor itu harus seorang akademisi yang visioner dan memiliki jejak rekam yang baik,\" harapnya. (kmg/mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: