Rakyat Tunisia Kembali Protes

Rakyat Tunisia Kembali Protes

TUNIS- Masuknya beberapa politikus pro-Zine El Abidine ben Ali, presiden terguling, da­lam kabinet baru Tunisia me­man­tik protes. Kemarin (19/1), ratusan warga berdemo di ja­lan-jalan utama Kota Tunis. Mereka menuntut pemerintahan se­mentara Perdana Menteri (PM) Mohamed Ghannouchi membersihkan kabinet dari unsur Ben Ali. Unjuk rasa yang diadakan bebe­rapa jam menjelang pertemuan perdana kabinet baru itu bermula dari Jalan Raya Bourguiba yang tepat melintasi pusat kota. Sambil mengusung spanduk anti-RCD (Rassemblement Constitutionnel Democratique) ”partai yang dipimpin Ben Ali” para demonstran menyanyikan lagu-lagu nasional. ”Kami tidak mau rezim lama terlibat dalam pemerintahan,” papar Hafed Al Maki, pegawai asuransi. Sebelum berunjuk rasa, pria 50 tahun itu dan rekan-rekannya di perusahaan asuransi negara meng­gulingkan orang-orang lama. Kemarin Maki dan kelom­poknya sukses mendepak mana­jer mereka dari perusahaan ter­se­but. Sebab, manajer yang ti­dak disebutkan namanya itu merupakan pendukung rezim Ben Ali. Dalam wawancara dengan Agen­ce France-Presse, Maki menegaskan, para pengunjuk ra­sa tidak akan menunggu sam­pai 60 hari masa kerja peme­rintahan sementara. ”Kalau menu­nggu sampai batas waktu itu, rezim lama punya banyak peluang untuk kembali merebut kekuasaan. Karena itu, kami tidak akan membiarkan semua ini terjadi,” tandasnya. Sesuai dengan konstitusi yang berlaku di republik paling utara Benua Afrika itu, pemerintahan sementara Tunisia punya waktu 60 hari untuk menjalankan kepemimpinan. Setelah itu, mereka harus menyelenggarakan pemilihan presiden (pilpres) untuk menunjuk kepala negara baru. Seiring terbentuknya pemerintahan baru, pemerintahan sementara akan bubar. Kendati unjuk rasa anti pemerintah sempat memacetkan ibu kota, kantor PM menyatakan bahwa rapat perdana kabinet Tunisia akan tetap dihelat sesuai dengan jadwal. Rencananya, rapat tersebut diadakan pada pukul 15.00 waktu setempat. ”Sejauh ini, tidak ada perubahan jadwal,” kata juru bicara kantor PM dalam wawancara telepon de­ngan Associated Press, kemarin. Untuk menegakkan keamanan terkait dengan gelombang unjuk rasa yang juga muncul di beberapa kota lain, jam malam tetap diberlakukan. Tapi, pemerintahan Ghannouchi mengurangi durasi jam malam dan mengubah pemberlakuannya. Mulai kemarin jam malam berlaku sejak pukul 20.00 sampai 05.00. Semula jam malam diberlakukan mulai pukul 18.00 sampai 07.00. Sejak terbentuk, pemerintahan sementara Ghannouchi memang terus bergolak. Bahkan, politikus 69 tahun itu terpaksa keluar dari RCD demi memenangi dukungan rakyat. Demikian juga dengan Presiden Sementara Foued Mebazaa. Tapi, Selasa lalu (18/1) empat menteri kabinet baru tetap memilih mundur dari jabatan mereka. (hep/c10/dos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: