Kantor DSDAP Jadi Sorotan

Kantor DSDAP Jadi Sorotan

KUNINGAN – Sesuai agenda, Komisi C DPRD melakukan pemanggilan terhadap pejabat Dinas Tata Ruang Cipta Karya (DTRCK). Bahkan setelah itu dilanjutkan dengan meninjau dua proyek pembangunan kantor DTRCK dan Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (DSDAP). Dari dua tinjauan tersebut, komisi C menyoroti pengerjaan kantor DSDAP yang dinilai banyak kekurangan. Rapat itu sendiri dilangsungkan sekitar pukul 09.30 yang dipimpin Ketua Komisi C, Nuzul Rachdy SE. Tampak hadir Kepala DTRCK Drs H Lili Suherli MSi bersama sekdisnya, H Ujang Susilo dan beberapa pejabat lainnya. Namun pernyataan awal Nuzul Rachdy yang mengatakan rapat akan terbuka untuk wartawan, meleset. Tatkala pewarta hendak memasuki ruang rapat dicegah dengan dalih harus meminta kesepakatan forum. “Maaf kami harus meminta kesepakatan forum dulu apakah rapat ini terbuka atau tertutup,” kata Zul, sapaan akrab dari politisi PDIP tersebut. Menurut Zul, sesuai dengan tata tertib DPRD, rapat alat kelengkapan dewan bisa dilangsungkan secara terbuka dan tertutup. Untuk itu pihaknya meminta kesepakatan forum yang membuahkan hasil untuk pemberitaan bisa disampaikan ke awak media usai rapat. Rapat yang tidak terlalu lama itu dilanjutkan dengan peninjauan lapangan. Hanya dua lokasi proyek saja yang ditinjau, yakni gedung kantor DTRCK dan DSDAP. Sedangkan untuk gedung Panti Rehabilitasi Narkoba di Palutungan, ditunda. “Masuk ke lokasinya kan sulit harus mengendarai sepeda motor. Nanti akan disiapkan dulu sepeda motornya untuk para anggota komisi C karena mobil akan diparkir di Buper Palutungan,” jelas Zul. Di kantor DTRCK, diakui Zul tidak menemukan kekurangan yang berarti. Hanya saja terdapat kebocoran pada atap, sehingga pihaknya meminta agar segera diperbaiki. Secara kebetulan, di samping pejabat DTRCK, tampak hadir pula rekanan pelaksana pembangunan, Cecep Hendi. Sehingga Zul bersama anggota komisi lain langsung menegurnya. “Kalau secara umum sih pembangunan kantor DTRCK sudah bagus. Kalau atap bocor itu yang namanya bangunan baru kan biasanya merembes. Patut kita syukuri sekarang musim hujan sehingga bisa ketahuan. Kami sudah meminta agar kebocoran di dua titik tersebut diperbaiki,” ujar Zul. Lain halnya dengan kantor DSDAP, caleg incumbent dari dapil 2 ini memberikan sorotan lebih. Menurutnya, pengerjaannya banyak kekurangan di sana-sini. Mulai dari plesteran yang tidak rapi, tembok bergelombang, serta warna keramik dengan cat tembok yang tidak serasi. “Pengerjaannya kurang bagus, terkesan jorok dan terburu-buru. Mungkin karena keterbatasan dana,” kata dia. Hal ini selaras dengan ucapan anggota komisi C, Bandriyanto. Politisi dari Partai Golkar tersebut menilai pembangunan kantor DSDAP kurang rapi. Terkait anggaran, yang dialokasikan untuk kantor DSDAP, menurut Zul, senilai Rp 800 juta. Hal itu dijadikan alasan kurangnya pengerjaan proyek gedung tersebut. Begitu pula jadi alasan ketiadaan toilet di lantai dua yang tidak sesuai dengan perencanaan. Lain halnya dengan proyek pembangunan kantor DTRCK, anggaran yang teralokasi senilai Rp1,5 miliar. Tak heran jika lantai gedung terpasang granit, bukan keramik seperti di DSDAP. H Udin selaku pelaksana pembangunan kantor DSDAP mengaku tidak ada masalah dengan hasil pekerjaannya. “Anggarannya kan cuma Rp800 juta, jadi lantai dua tidak di-full-kan sehingga tidak ada toilet. Tadi yang dipersoalkan anggota dewan cuma warna keramik saja yang tidak selaras dengan cat tembok,” ujar Udin saat mendampingi tinjauan komisi C di kantor DSDAP. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: