Biji Mangga Pun Jadi Rupiah

Biji Mangga Pun Jadi Rupiah

MAJALENGKA - Ikon kota mangga memang santer bargaung di Indramayu. Namun, untuk urusan budidaya tanaman berbiji tunggal ini, Majalengka pun tak kalah dengan tetangga dekatnya tersebut. Pasalnya, mulai dari petani mangga, penjual, hingga pembudidaya mangga, sampai pemburu pelok (biji mangga), komplet berasal dari Kota Angin. Ya, profesi pemburu pelok mangga memang terkesan aneh. Karena hanya sedikit orang yang menyadari jika sisa-sisa dari buah mangga yang tidak termakan ini, juga masih mempunyai nilai ekonomis yang cukup lumayan untuk sebagian masyarakat yang menggeluti usaha sampingan ini. Profesi ini, memang identik dengan istilah \"bermodalkan dengkul\". Betapa tidak, profesi pemburu mangga ini, hanya memerlukan keinginan dan tenaga, serta kejelian insting saja. Satu lagi, modal lain dari profesi ini hanya karung bekas atau kantong plastik bekas untuk memungut biji pelok mangga. Sejumlah warga yang menggeluti profesi ini, di antaranya Supri dan Ending, warga Kelurahan Munjul Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Sudah beberapa tahun ini, mereka menggeluti usaha sampingan ini, atas dasar permintaan pasar terhadap biji mangga ini terus meningkat. \"Kegunaannya ya buat dibikin bibit pohon mangganya lagi, tapi bukan sama kita. Ada penadahnya, yang punya akses ngejualnya ke para pengusaha bibit,\" terang Supri. Menurutnya, kian prospektifnya permintaan terhadap biji pelok ini, lantaran permintaan pasar terhadap bibit pohon mangga juga kian meningkat. \"Memang kalau untuk membibitkan pohon mangga bisa dengan sistem stek atau cangkok. Tapi ada juga yang membudidayakanya langsung dari bijinya,\" sebutnya. Bahkan, sambung dia, dengan kian prospektifnya permintaan terhadap bibit mangga yang berasal dari bibit biji pelok, harga jual untuk biji pelok yang berhasil mereka kumpulkan pun terus mengalami kenaikan setiap musimnya. \"Waktu pertama kali kita usaha sampingan ini, satu biji pelok cuma dihargai Rp50. Terus lama-lama naik ke Rp100 per biji. Sampe sakarang harganya lumayan, bisa nyampe Rp150 per biji,\" kata endin. Dalam satu hari perburuan, para pemburu pelok mangga ini, bisa mengumpulkan dua hingga tiga karung pelok. Dengan kapasitas isi mencapai di atas 1.000 biji pelok. Namun, pelok-pelok tersebut tidak bisa langsung dijual begitu saja, melainkan harus dipecah terlebih dahulu, untuk mengeluarkan inti biji yang ada di dalam bagian pelok tersebut. Inti biji itulah yang kemudian laku untuk dijual kepada pembudidaya bibit mangga. Namun, perkiraan mereka tentang faktor penyebab naiknya harga jual biji pelok ini, bukan hanya dipengaruhi naiknya permintaan bibit mangga. Melainkan, bisa juga karena faktor kian sulitnya memburu biji pelok. Hal tersebut, sambung dia, lantaran meski produksi mangga asli Majalengka masih banyak, namun sebagian besarnya dikirim ke luar. Sehingga, sisa biji mangga yang masih tersebar di Majalengka kian jarang. \"Dulu sih masih bisa nyari di bawah pohon di kebon mangga. Sekarang sih susah, sampe harus ngorek ke tong sampah,\" jelasnya. Atau, lanjut dia, jika ingin mencari biji yang masih berserakan di bawah pohonnya, para pemburu pelok ini bahkan mesti rela memburu ke daerah yang lebih jauh dari kediaman mereka, sampai ke Kertajati atau ke kawasan Jatitujuh, bahkan ke daerah Sumedang. Padahal, sebelumnya sentral kebun mangga berada di Kecamatan Panyingkiran dan sekitarnya yang notabene tidak jauh dari kediaman mereka. Jika sedang dalam puncak musim panen mangga, para pemburu pelok yang belum banyak saingan ini, bahkan bisa mengumpulkan hingga lebih dari 2.000 biji pelok. Atau, jika dijual, bisa mendapatkan laba hingga Rp200 ribu per hari. Meskipun sekarang sudah bukan puncak musim panen mangga, tapi mereka masih memburu pelok tersebut di sejumlah kebun. \"Emang puncaknya sih kalau lagi panen, tapi sekarang juga kalau getol nyarinya sih, pasti masih bisa nemu,\" imbuhnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: