Pasangan Kekasih Terancam Hukuman Mati

Pasangan Kekasih Terancam Hukuman Mati

JAKARTA - Keluarga yang memiliki anggota anak masih belia dan remaja kini harus ekstrawaspada. Kini konflik asmara yang lazim terjadi di usia muda bisa berujung pada kasus pembunuhan memilukan. Peringatan itu berkaca pada nasib malang yang menimpa Ade Sara Angelina Suroto yang baru berumur 19 tahun. Gara-gara terlibat pertengkaran dengan mantan pacar, dia ditemukan tewas di ruas Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) Kilometer 49, Cikunir, Bekasi, Jawa Barat, Rabu lalu (5/3). Berdasar hasil otopsi, terungkap Sara tewas karena mengalami aksi kekerasan dan penyiksaan. Mayat Sara ditemukan petugas Jasa Marga Didin Hermansyah Rabu pukul 06.30. Saat ditemukan, korban mengenakan gelang merah bertulisan Java Jazz Festival. Dari olah sidik jari akhirnya diketahui, mayat perempuan itu adalah Sara. Setelah keluarganya dihubungi, jenazah langsung dibawa ke RSCM untuk diotopsi. Untung, dalam tempo kurang dari 24 jam, polisi berhasil mengungkap si pembunuh gadis yang di kalangan teman-temannya dikenal ramah tersebut. Yang mengejutkan, pelaku pembunuhan sadis itu adalah pasangan kekasih yang juga teman dekat Sara karena sesama murid SMAN 36 Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur. Mereka adalah mantan pacar Sara, Ahmad Imam Al Hafiz (20) dan pacar Hafiz saat ini, Assyifa Ramadhani (19). Penangkapan juga terjadi secara dramatis. Tersangka Hafiz ditangkap pada Kamis (6/3) sekitar pukul 16.00. Dia ditangkap di RSCM pada saat melayat korban. Tersangka terkesan menghilangkan jejak dengan mendatangi korban. Satu jam kemudian, polisi juga menangkap Syifa \"sapaan Assyifa\" di rumahnya di kawasan Pulomas, Jakarta Timur. Menurut keterangan yang dihimpun Jawa Pos (Radar Cirebon Group), motif pembunuhan itu adalah dendam dan sakit hati Hafiz kepada korban yang tidak mau dihubungi lagi. Di sisi lain, Syifa merasa cemburu karena ada kemungkinan mereka berhubungan lagi. Akhirnya, keduanya bersekongkol merencanakan pembunuhan tersebut. Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, akibat perbuatannya, Hafiz dan Syifa terancam hukuman mati karena terlibat pembunuhan berencana. Kepolisian sudah menjeratkan pasal untuk kedua pelaku. \"Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana,\" ujarnya kemarin (7/3). Rikwanto menerangkan, penjeratan pasal tersebut sesuai dengan pengakuan pelaku. Mereka merencanakan pembunuhan sejak sepekan sebelum eksekusi. Penyidik pun mempertimbangkan penerapan pasal tersebut. \"Sudah direncanakan sejak seminggu yang lalu,\" ungkapnya. Dalam pasal 340 KUHP tertulis, \"Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya 20 tahun.\" Rikwanto juga mengungkapkan, alur pembunuhan berawal dari Syifa yang mengajak bertemu Sara pada Senin (3/3). Sebelumnya, kepada keluarganya, Sara berpamitan untuk pergi les bahasa Jerman. Keduanya pun bertemu di dekat Stasiun Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, siang itu. Namun, seperti tidak sengaja, Hafiz juga ada di lokasi. Kedua pelaku membujuk Sara untuk bersedia ikut dengan mobil Hafiz merek Kia Visto. Di dalam mobil, korban sempat berbicara keras bahwa dirinya tidak suka dengan Hafiz. Terjadilah cekcok mulut saat Hafiz menanyakan penyebab susah komunikasi. Karena kesal, Hafiz memukul korban dengan sepatu milik Syifa. Korban sempat menggigit lengan Hafiz. Namun, Syifa memegangi tubuh korban hingga terjadi penganiayaan. Dengan kondisi masih menyetir, Hafiz menyetrum tubuh korban dengan alat setrum portabel yang biasanya digunakan untuk bela diri. Korban pun pingsan. Nah, saat itulah Syifa menyumpal mulut korban dengan kertas koran. Hasil visum menunjukkan, korban meninggal dunia karena kertas menyumbat tenggorokannya. Keduanya kemudian menyadari bahwa korban tidak bergerak dan sudah meninggal. Seakan bingung, pasangan kekasih sadis itu membawa mayat Sara di dalam mobil berputar-putar Jakarta. Dari Rawamangun menuju Jakarta Selatan hingga larut malam. Bahkan, akibat lamanya putar-putar tersebut, mobil yang mereka tumpangi sempat mogok karena akinya soak. Nah, baru sekitar pukul 04.00 Rabu, tersangka memutuskan untuk membuang mayat Sara di pinggir jalan tol. PEMAKAMAN Jenazah Ade Sara Angelina Suroto dimakamkan kemarin siang. Suasana kehilangan sangat terasa. Keluarga dan rekan-rekan Sara memadati lokasi pemakaman di TPU Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Orang tua Sara, Suroto dan Elisabeth Diana, tampak tabah selama prosesi pemakaman dilakukan. Meski demikian, isak tangis dari keduanya tetap tak terbendung. Ditemui seusai prosesi pemakaman, Diana dengan wajah tabah mengaku berbesar hati atas kasus yang menimpa anak semata wayangnya itu. Namun, kata dia, proses hukum harus tetap berjalan. \"Tapi, saya percaya, setelah proses hukum, Hafiz dan Syifa akan jadi anak yang baik. Saya percaya itu. Saya yakin mereka anak yang baik,\" ucap dia. Hanya, lanjut Diana, saat itu mereka tidak bisa menguasai sisi jahat dari diri mereka. \"Jika nanti ketemu Hafiz, saya akan menyampaikan, kamu tetap panggil mama. Sekarang mama juga akan tetap panggil kamu anak mama. Mama dan papa ampuni Hafiz dan Syifa,\" ujar Diana. Saat menabur bunga di makam anaknya, Diana tampak begitu ikhlas menyikapi tragedi tersebut. \"Mama tahu Ade (Sara) sudah tenang di surga. Ade maafin Hafiz ya,\" katanya dengan terisak. Diana mengatakan terakhir bertemu dengan anak kesayangannya itu Senin sebelum berangkat les. Sedangkan kali terakhir Sara menghubunginya Senin siang, pukul 13.32. \"Dia meminta saya menyimpan beberapa barang miliknya di rumah,\" ungkap Diana. Namun, saat kembali mengontak Sara sore harinya, ponsel anaknya sudah tak bisa dihubungi. Termasuk ayahnya yang ingin menjemput korban, juga tidak bisa menghubungi. Saat itu mereka berpikir positif, mungkin baterai ponsel Sara habis. Namun, ketenangan tersebut lama-kelamaan berubah menjadi panik. \"Kami sangat khawatir. Suami saya menjemput ke tempat les juga tidak ada. Hubungi teman-teman Sara juga pada tidak tahu,\" ujarnya. Diana mengungkapkan, almarhumah memang suka curhat kepada dirinya. Termasuk soal hubungannya dengan Hafiz. Saat terakhir putus, Sara mengadu bahwa Hafiz sering menyampaikan perkataan tidak baik di Twitter. \"Katanya ngomongnya nggak enak. Saya bilang begini, kalo sudah putus ya sudah, jaga hubungan yang baik. Tapi, dia bilang nggak, Ma. Mama nggak tahu sih,\" kata Diana menirukan ucapan anaknya. Tindakan Hafiz dan Syifa memang mengagetkan. Bahkan, berdasar keterangan teman-temannya, saat Hafiz melayat di RSCM, ditemukan kertas di samping jenazah bertulisan \"mampus luh\". Diduga, kertas itu ditaruh Hafiz sebelum akhirnya dia dibekuk polisi. Ditemui saat pemakaman, rekan korban di tempat les, Nadia Amanda Pritami (22), mengaku masih berkomunikasi sesaat sebelum pembunuhan tersebut terjadi. Bahkan, satu hari sebelumnya, Minggu (2/3), Nadia bareng Sara menonton Java Jazz. \"Saat itu sempat curhat juga. Dia punya tujuh mantan. Yang paling lama itu Hafiz,\" kenangnya. Nadia mengaku masih berkomunikasi melalui WhatsApp dengan Sara pada Senin saat kejadian. Sara menyampaikan masih menunggu temannya di dekat Stasiun Gondangdia. Sebenarnya, dia menanyakan Sara yang tidak kunjung datang ke tempat les bahasa Jerman di Goethe-Institut, Jakarta Pusat. Padahal, waktu itu jam menunjukkan waktu les, pukul 18.30. \"Saya tanya karena biasanya dia tidak pernah terlambat,\" katanya. Sara pada komunikasi terakhir itu sempat mengirim pesan ke Nadia bahwa dirinya tidak nyaman dengan kondisi saat itu. Namun, sampai pukul 20.00 tidak ada komunikasi lagi. Ponsel korban malah tidak aktif. \"Yang saya tahu dari curhat almarhumah, Hafiz orangnya pencemburu. Misalnya, Sara tidak boleh foto dengan cowok lain,\" cerita Nadia. (yuz/c9/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: