SMP 7 Majalengka Harus Direlokasi

SMP 7 Majalengka Harus Direlokasi

MAJALENGKA – Bidang Mitigasi Gerakan Tanah dan Gempa Bumi Badan Geologi, Jumat (7/3) melakukan observasi terhadap musibah amblesnya tanah hingga membuat gedung SMPN 7 Majalengka ambruk. Hasilnya, peristiwa di Blok Ciandeu Desa Sidamukti Kecamatan/Kabupaten Majalengka itu adalah gerakan pelan atau lendatan. Fungsional Penyelidik Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Ir Suranta DEG menjelaskan, melihat kondisi dan topografi dari hasil survei di lokasi menyatakan bahwa retakan tanah tersebut khususnya bagi bangunan fisik sekolah harus secepat mungkin direlokasi. Pihaknya memprediksi, pergerakan tanah akan kembali terjadi mengingat faktor dari lendatan tanah belum mencapai titik keseimbangan. “Suatu saat kalau sudah mencapai keseimbangan bakal diam. Tanah di sini setipe dan sejenis lendatan juga,” ungkapnya kepada sejumlah wartawan. Dikatakan Suranta, Kabupaten Majalengka memang dinyatakan sebagai salah satu daerah rawan bencana pergerakan tanah. Umumnya, dari grafik peristiwa kejadian tanah dari tahun ke tahun Provinsi Jawa Barat itu selalu nomor satu. Hal itu diketahui berdasarkan database pihak Badan Geologi. Sedangkan, lapisan tanah yang berada di bawah tanah di Blok Ciandeu yang terpotong oleh gerakan tanah memang muncul air dari sela-sela retakan tanah. Pihak geologi belum bisa memastikan kapan pergerakan tanah di lokasi tersebut akan mencapai keseimbangannya. Pun jika dipaksakan untuk merekayasa dari teknologi anggaran dinilai terlalu mahal. “Kalau pun akan nunggu diamnya, kami sendiri tidak tahu. Jika dipaksakan untuk rekayasa teknologi dananya bisa untuk membangun SMP 7 Majalengka lagi,” paparnya memprediksi. Pihak Badan Geologi menjelaskan belum sepenuhnya melakukan observasi secara detail. Namun dari observasi sementara lokasi tersebut merupakan kependekan lereng yang cukup terjal. Pasalnya, di bagian selatan timur ada lembah yang cukup dalam. Pihaknya menyatakan, ke depannya di kawasan itu sudah tidak layak untuk dibangun lagi. “Kalau dibangun lagi belum tentu aman malah bahaya akan mengancam. Karena daerah ini masuk zona keretakan tanah. Kadar airnya juga cukup tinggi mengingat setelah hujan mengguyur beberapa lokasi,” terangnya. Selain faktor hujan yang membuat resapan air tanah membuat pergerakan juga faktor lainnya seperti lingkungan sekitar cukup mempengaruhi. Hanya saja, beber Suranta, pihaknya belum melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kondisi sekolah dibentuk dengan pemotong lereng, alhasil sedikit banyak berpengaruh dan mengurangi tekanan bawah lereng tersebut. Dari hasil penelitian sementara ini, Badan Geologi akan mengkomunikasikan kepada Pemkab Majalengka lebih lanjut. “Menurut pengalaman seperti di Sumedang, jenis terjadi pergerakan tanah memang sama seperti ini. Juga sama pula mirip di Cigintung, Malausma tahun lalu,” tandasnya. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: