400 WNI Dievakuasi dari Mesir

400 WNI Dievakuasi dari Mesir

JAKARTA - Pemerintah Mesir akhirnya memberikan lampu hijau bagi pesawat evakuasi yang disiapkan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI untuk mendarat di Kairo. Pesawat yang akan mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir yakni Garuda Indonesia Boeing 747-400 berkapasitas 428 penumpang akan kembali tiba di Tanah Air Hari ini. “Rencananya pesawat evakuasi akan kembali tiba di Jakarta pukul 11 siang besok,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Internasional Kemenlu, Tatang Budiutama Razak di Jakarta tadi malam (1/2) Rencananya, pesawat akan diisi penuh karena saat ini jumlah WNI yang harus dievakuasi dari Mesir masih cukup banyak. Namun, Tatang belum bisa memastikan jumlah riil WNI yang akan diangkut. Diharapkan pesawat akan mengangkut sekitar 400 penumpang. Tatang mengatakan dari sekitar 6.200 WNI di Mesir tidak semuanya menginginkan kembali ke Tanah Air. Tatang mengakui ada beberapa warga Indonesia yang ingin tetap tinggal di Mesir. Sebagian besar dari mereka yang menolak dievakuasi adalah para pelajar yang studinya sudah hampir rampung. “Solusinya kami upayakan agar mereka dibawa ke tempat yang lebih aman,” kata dia. Evakuasi gelombang selanjutnya akan dilakukan dengan pesawat sewa dari Maskapai Batavia Air dan Lion Air dengan kapasitas yang sama, yakni 400 orang. Sebelumnya, pesawat Garuda Indonesia sempat tertahan di Jeddah, Arab Saudi, yang berjarak sekitar dua sampai tiga jam perjalanan. Pesawat tertahan karena belum mendapat izin clearance pendaratan dari Kairo. Kemenlu melaporkan bahwa bandara Kairo sangat sibuk. Banyak pesawat-pesawat asing yang juga mendarat untuk melakukan evakuasi warganya. Secara terpisah, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar menegaskan, evakuasi pemulangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Mesir juga akan termasuk pesawat yang dikoordinasikan oleh Kemenlu. “Semua dikoordinir langsung “Kemenlu bahkan Presiden sudah menunjuk Pak Hasan Wirajuda untuk mengkoordir pelaksanaan evakuasi WNI dan TKI di Mesir,” kata Muhaimin. Menurutnya, TKI yang bekerja di Mesir tidak mengkhawatirkan disamping jumlahnya sedikit mereka juga sudah diamankan oleh kantor perwakilan pemerintah RI di Kairo. Namun demikian, Kemenakertrans berharap penyalur tenaga kerja tidak mengirim calon TKI ke Mesir, karena belum memiliki perjanjian kerja dan perlindungan yang lengkap. “Kita harapkan tidak usah mengirim TKI ke Mesir karena kita belum memiliki hubungan khusus dalam pertukaran migrasi tenaga kerja,” jelasnya. Berdasarkan data KBRI Mesir di Kairo, jumlah WNI di Mesir per Desember 2010 sebanyak 6.149 orang. Dari Jumlah tersebut, sebanyak 4.297 adalah pelajar dan mahasiswa, 1.002 tenaga kerja wanita (TKW), 163 keluarga besar KBRI, 300 keluarga dari mahasiswa, 99 tenaga ahli, dan 50 tenaga kerja asing. Kepala Divisi Direktorat Timur Tengah Kementerian Luar Negeri, Bambang Purwanto menambahkan, mahasiswa Indonesia di Mesir menolak dievakuasi ke Tanah Air. Padahal, kondisi politik disana kian mencekam menyusul demonstrasi massa yang menuntut mundurnya Husni Mubarak dari kursi presiden. “Terutama mahasiswa yang berangkat dengan beasiswa,” ujar dia. Kemenlu menduga penolakan itu dikarenakan mahasiswa khawatir akan kehilangan beasiswa dan fasilitas pendidikan yang selama ini mereka telah terima. Selain itu, mereka juga khawatir tidak memiliki dana untuk kembali lagi ke Mesir kelak, bila kondisi sudah membaik. “Kami bisa memahami alasannya. Meski ada jaminan tidak DO (dropped out) dari kampusnya, tetapi mereka merasa berat di ongkos jika harus balik lagi ke Mesir,” ujar dia. Jumlah penerima beasiswa dari Indonesia di Mesir sekitar 200 orang per tahun. (zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: