Desak Normalisasi Sungai Cikasarung

Desak Normalisasi Sungai Cikasarung

KADIPATEN – Masyarakat korban banjir di Dusun Anjun Desa/Kecamatan Kadipaten mendesak kepada instansi terkait untuk secepatnya melakukan normalisasi Sungai Cikasarung. Hal tersebut seiring kembali meluapnya sungai tersebut pada Kamis (13/3) malam. Warga setempat Koyimah mengungkapkan, pemerintah perlu menindaklanjuti persoalan banjir yang terus terjadi di dusun tersebut. Pasalnya, setiap musim penghujan masyarakat di wilayah itu merasa cemas dan ekstra waspada mengingat Sungai Cikasarung sampai tahun ini tidak kunjung mendapat perhatian serius dari pihak berwenang, khususnya dilakukan normalisasi. “Sampai kapan kami (warga Anjun, red) terus was-was kalau setiap musim penghujan akibat kalinya sering meluap ini. Padahal sudah ada rumah sampai terseret arus dan ternak warga hilang akibat banjir langganan ini,” keluhnya, Jumat (14/3). Pascamusibah banjir susulan akibat hujan yang mengguyur wilayah tersebut pada Kamis siang hingga malam hari, seluruh warga setempat memang mengeluhkan tidak tanggapnya pemerintah. Koyimah mengungkapkan, banjir susulan yang menimpa dusunnya tersebut terjadi sekitar pukul 20.00 WIB akibat kembali meluapnya Sungai Cikasarung itu. Meski ketinggian banjir di pemukiman warga hanya sekitar 60 sentimeter, tetapi musibah tersebut kerap menghantui warga setempat. “Banjirnya emang setinggi paha orang dewasa dan mulai surut sekitar pukul 23.30 malam hari. Tapi aktivitas kami terganggu karena semalaman enggak tidur takut ada banjir susulan lagi,” ujarnya. Sejumlah warga yang kondisi rumahnya terendam banjir melalukan aktivitas membersihkan lumpur akibat luapan air dari sungai. Akibat semalaman tidak istirahat, itu berdampak kepada aktivitas tidak terlalu efektif karena masyarakat mengaku cukup kelelahan. Koyimah juga mengaku sangat prihatin karena tidak ada perhatian dari pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka seperti bantuan apapun. Padahal, warga sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah dalam bentuk apapun khususnya sembako dan air bersih. Pasalnya, akibat musibah tersebut juga membuat sejumlah sumber mata air di lokasi menjadi keruh. “Belum ada bantuan dari pemerintah manapun baik dari desa, kecamatan ataupun kabupaten. Kita di sini berharap ada bantuan, bantuan yang bukan berupa uang pun kita terima. Misalnya sembako,” ujarnya. Koyimah menuturkan, sejak musibah banjir yang terjadi pekan lalu pun sejumlah masyarakat belum menerima bantuan sama sekali dari pemerintah. Padahal, menurut Koyimah pihak RT sudah mendata warga yang terkena musibah banjir. “Minggu kemarin kita sudah didata oleh RT katanya untuk ke desa. Tapi sampai sekarang dan sudah banjir yang ke dua kalinya belum ada bantuan apapun,” imbuhnya. Hal yang sama diungkapkan warga korban banjir lainnya, Salsih mengakui sejak minggu lalu pascabanjir pertama sudah ada pendataan ke rumahnya untuk diberikan bantuan. “Tapi tidak tahu sampai sekarang belum ada bantuan dari manapun, dari desa pun belum ada. Kita di sini berharapnya segera ada bantuan,” ujar Salsih. Sementara itu, Kepala Desa Kadipaten Aan Ganea mengatakan, bahwa warga yang terkena banjir sudah dilakukan pendataan. Data tersebut sudah dilaporkan pihaknya ke kecamatan dan juga BPBD sejak seminggu pascamusibah banjir pertama terjadi. Biasanya, bantuan datang dari dinsos melalui koordinasi dengan pemdes setempat. Tetapi, ia membenarkan sampai saat ini korban banjir di desanya belum mendapatkan bantuan dari pemkab Majalengka. Menurutnya, tidak kunjung turunnya bantuan dari instansi terkait, pihak pemdes berencana akan memberikan bantuan khususnya sembako. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: