4 Tahun Belajar di Musala
Dialami Siswa MTsN Garawangi Sejak 2007 GARAWANGI - Akibat kekurangan ruang kelas, puluhan siswa kelas VII MTsN Garawangi Kecamatan Garawangi terpaksa belajar di musala. Situasi seperti itu sudah terjadi sejak tahun 2007. Pihak madrasah sendiri sudah berupaya mengajukan bantuan untuk penambahan ruang kelas, namun hingga kini belum ada realisasi. Kepala MTsN Garawangi, Uhandi SAg MSi mengatakan, dibanding sebelumnya kondisi kegiatan pelajar pada saat ini terbilang bagus meski harus di musala. Pasalnya, hingga Juni 2010 siswa masih belajar di lantai beralaskan karpet. ”Jujur kami sudah melakukan yang terbaik dan pilihan untuk belajar di musala merupakan solusi terbaik,” tutur Uhandi, diamini Wakasek Bidang Sarana Drs Ubed Jubaedi kepada Radar, kemarin (7/2). Dikatakan dia, keputusan untuk menjadikan musala sebagai ruang belajar, karena minat untuk sekolah di MTs Garawangi terus meningkat tiap tahun. Sebelum tahun 2007 tiap angkatan rata-rata 3 kelas, namun tiap tahun terus terjadi peningkatan murid sehingga kini menjadi 12 kelas atau tiap angkatan 4 kelas. Sementara jumlah rombongan belajar (rombel) yang tersedia hanya 11, itu juga yang satu menggunakan ruang TU. Upaya untuk meminta bantuan kepada Kementrian Agama (Kemenag) lanjutnya, sudah dilakukan namun karena terbatasnya anggaran hingga saat ini belum ada realisasi. Sekarang kata dia, harapan untuk meminta bantuan ada di pundak Pemkab Kuningan. Sebab, kalau tidak dari pusat harapan bantuan tentu dari pemerintah daerah. ”Kami minta Pemkab Kuningan mau membantu meski kami berada di bawah naungan Kemenag. Tapi, harus diingat SDM yang dihasilkan untuk Kuningan. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak membantu kami,” beber Uhandi. Mantan Kepala MTsN Kadugede ini tidak memungkiri bahwa kegiatan belajar di musala memengaruhi konsentrasi murid. Sehingga, akibatnya nilai siswa mengalami penurunan. Faktor ruang yang sempit serta terletak di pingir WC sangat mengganggu siswa. ”Bukan kami tidak merasakan keluhan murid, tapi mau di mana lagi selain di musala karena ruang ini yang tersedia. Meski konsekuensinya kegiatan salat berjamaah dilakukan di halaman sekolah,” tandasnya. Meski ruang kelas kurang, Uhandi berjanji tidak akan membatasi jumlah murid yang daftar. Pihaknya akan berupaya mencari solusinya. ”Mudah-mudahan pada tahun 2011 pengajuan membangunan empat ruangan bisa terwujud sehingga kekurangan bisa teratasi,” ujarnya. Sementara, Yuli salah seorang siswa kelas VII sangat mengharapkan perhatian dari pihak terkait agar bisa belajar di ruang kelas. Menurutnya, meski sedih harus belajar di ruangan berukuran 5 x 5 meter persegi, tapi ini yang terbaik dari pada tanpa ruangan. ”Saya dengan teman sebanyak 30 orang tiap hari harus berdesak-desakan karena ruangan sempit. Belum lagi bau dari WC dan juga rasa dingin karena ruangan lembab,” papar dia yang dibenarkan Rudi. Pentauan Radar, meski dengan keterbatasan, para siswa tetap semangat menuntut ilmu. Mereka berharap semua pihak mau membuka mata melihat kondisi mereka. Sementara itu, Kepala Kemenag Kuningan Drs H Agus Abdul Kholik MM ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa di MTsN Garawangi ada satu ruangan yang menggunakan musala untuk proses KBM. Situasi tersebut karena tidak ada ruangan lagi untuk belajar. ”Tiap tahun kami juga mengajukan rehab untuk gedung sekolah. Mudah-mudahan tahun 2011 MTsN Garawangi mendapatkan bantuan pembangunan kelas baru,” tandasnya. Agus tidak menampik, bahwa jumlah ruang madrasah di Kuningan masih banyak kekurangan. MTsN Garwangi menjadi salahsatu contoh nyata dari kekurang ruang kelas tersebut. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: