15 Tahun Menghilang, TKW Majalengka Tewas

15 Tahun Menghilang, TKW Majalengka Tewas

MAJALENGKA – Satu lagi kasus tenaga kerja wanita (TKW) yang pulang tinggal nama. Kali ini, menimpa Cucu Sumiati binti Mansur Sobana (48) asal RT01/01 Desa Wanahayu Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka, yang dikabarkan tewas di Riyadh Arab Saudi, pada awal Januari 2014 lalu. Ironisnya lagi, kematian TKW Cucu ini merupakan yang pertama kali diterima pihak keluarga sejak hilang kontak selama 15 tahun. Atau saat terakhir kali Cucu meninggalkan tanah air untuk bekerja sebagai TKW sektor penatalaksana rumah tangga. Kabar kematian TKW Cucu, didapatkan pihak keluarga beberapa waktu lalu sontak membuat keluarganya kaget. Karena sejak 17 Mei 1999, pihak keluarga mengaku hilang kontak dengan korban, meski telah berusaha menghubungi lewat sponsor maupun meminta bantuan dari pemerintah. “Kaget lah, ibu saya gak pernah ada kabar sama sekali sejak 17 Mei 1999. Sekarang datang kabar surat dari kementrian luar negeri soal kematian ibu saya. Kasihan bapak, gak ketemu ibu 14 tahun lebih, tapi sekarang menerima kabar langsung divonis sudah meninggal dunia di Arab,” kata Ade Sunarya (37) anak sulung korban, ditemui di kediamannya, kemarin (27/3). Dia menuturkan, selama 15 tahun lebih ibunya berangkat menjadi TKW di Arab Saudi, atau semenjak dirinya bujangan, ibunya tidak pernah pulang sekalipun. Bahkan tidak pernah ada kiriman gaji, maupun telepon atau menyurati keluarga sekadar hanya untuk memberitahukan kondisi TKW yang berangkat melalui jasa PT Amira Prima ini. Padahal, idealnya kontrak kerja seorang TKW yang berkecimpung di sektor informal penatalaksana rumah tangga, berdurasi paling lama 2,5 hingga 3 tahun. Dan bisa diperpanjang apabila diinginkan majikannya kepada PTKIS yang memberangkatkannya, atau atas persetujuan TKW itu sendiri. “Jangankan ngirim gaji, telepon, SMS, atau nyuratin juga nggak pernah. Saya sudah coba menghubungi sponsor dan pihak PT (PTKIS), tapi jawabannya gak pernah jelas. Saya dan keluarga disuruh terus-terusan nunggu dan sabar,” keluhnya. Hingga akhirnya, kata Ade, pihak keluarga pun putus asa sejak lima tahun pasca keberangkatan Cucu. Dan menganggap keberadaan ibunya di sana sudah tidak dapat diketahui lagi bak lenyap ditelan bumi. Namun, sekitar Februari lalu, pihak keluarga mendapatkan kiriman surat dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) lewat jasa pengiriman pos. Dalam surat bernomor seri 02393/WN/02/2013/65 tertanggal 5 Februari 2014 perihal pemberitahuan duka cita atas meninggalnya TKW Cucu. Isi suratnya menyebutkan, TKW yang bekerja pada majikan bernama Zamir Falhad Al-Shabhan di Kota Riyadh tersebut, meninggal dunia pada tanggal 28 Januari 2014, atas dasar laporan dari KBRI di Riyadh. Sedangkan, berdasarkan keterangan dari otoritas kepolisian dan rumah sakit kota setempat, TKW Cucu disebutkan meninggal dunia dengan penyebab yang wajar, atau karena sakit. Karena tidak ditemukan luka-luka atau bekas tindak penganiayaan pada jasad korban. Meski demikian, pihak keluarga tidak serta merta percaya begitu saja terhadap penyebab kematian korban. “Ya percaya gak percaya. Kalau dibilang janggal, emang ada firasat ke sana. Soalnya, secara logika kita gak pernah dapat kabar selama 15 tahun, tapi ujug-ujug dinyatakan meninggal dunia,” ujar Ade. Mengenai upaya advokasi memperjuangkan hak-hak yang semestinya diterima ibunya, Ade mengaku telah mencoba mengupayakannya langsung dengan mendatangi Kementerian Luar Negeri serta Kementerian Tenaga Kerja di Jakarta. Namun, Ade mengaku merasa dipingpong saat berupaya memperjuangkan hak-hak yang selayaknya diterima korban. Di antara hak yang dituntut pihak keluarga tersebut, pemulangan jenazah korban yang segera dipercepat, pemenuhan hak-hak gaji selama 15 tahun bekerja di luar negeri, santunan, maupun asuransi yang semestinya diterima pihak ahli waris korban. Oleh karenanya, dia mendesak kepada pemerintah daerah untuk dapat memfasilitasi pihak keluarga menuntut hak-haknya kepada pemerintah pusat, melalui pihak terkait. Di tempat yang sama, Kusdiman (65) suami korban mengaku pasrah dengan kejadian ini. Dia hanya meminta jenazah korban segara dipulangkan, untuk dimakamkan di kampung halamannya. “Awalnya sedih pasti. Tapi mau gimana lagi, dipasrahin aja biar arwahnya tenang. Yang penting bisa cepet-cepet dipulangin jenazahnya, biar bisa dikuburin di kampung halaman. Kasian udah mau tiga bulan jasadnya belum dikuburin juga,” kata Kusdiman. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: