Agar Terhindar dari Kejahatan, Ini Dia Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Perempuan Pekerja Migran

Agar Terhindar dari Kejahatan, Ini Dia Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Perempuan Pekerja Migran

Kepala Eksekutif OJK Friderica saat memberi edukasi Literasi Keuangan Bagi Perempuan Pekerja Migran.-Istimewa-Radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM - Dalam lima tahun terakhir, sebanyak 66,3% Pekerja Migran Indonesia (PMI) merupakan perempuan

Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pentingnya meningkatkan literasi keuangan bagi kaum perempuan khususnya PMI dari Indonesia.

Tujuannya agar pandai dalam melakukan pengelolaan keuangan dan terhindar dari berbagai tawaran kejahatan atau penipuan keuangan. 

Baru-baru ini digelar kegiatan edukasi secara hybrid oleh OJK yang dihadiri Menteri P2MI, Abdul Kadir Karding.

BACA JUGA:Pencari Pasir Ditemukan Meninggal Dunia di Sungai Ciwado Cirebon, Polisi: Korban Memiliki Riwayat

Abdul Kadir Karding mengatakan berdasarkan data KP2MI/BP2MI dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2021-2025), sebanyak 66,3 persen atau 624.908 orang PMI di berbagai negara penempatan adalah perempuan.

Tips pengelolaan keuangan dan memilih transaksi serta investasi keuangan yang tepat dibutuhkan para PMI agar hasil kerja di luar negeri bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan keluarga.

"KP2MI fokus pada peningkatan kualitas pelindungan serta peningkatan kualitas tenaga kerja migran Indonesia, juga peningkatan literasi keuangan pekerja migran," tuturnya.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry menegaskan PMI memiliki peran penting sebagai salah satu penggerak perekonomian Indonesia, baik melalui kontribusi langsung di luar negeri maupun melalui remitansi yang mereka kirimkan ke tanah air.

BACA JUGA:Hari Ini, Pemegang Saham BBRI Panen Dividen Final Senilai Rp31,4 Triliun

BACA JUGA:KDM Tegaskan Pencegahan Konflik Sosial di Seluruh Jajaran Pemerintah

Remitansi tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga di daerah asal, tetapi juga memberikan pengaruh signifikan terhadap ketahanan eksternal dan stabilitas neraca pembayaran negara.

PMI harus waspada terhadap risiko penipuan digital  terutama di tengah kemudahan transaksi keuangan digital saat ini.

“Kaum perempuan harus lebih berdaya secara finansial, mampu mengakses layanan keuangan yang inklusif dan aman, serta menjadi bagian dari ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: