Kaget Gedung Negara Diubah Jadi Bale Jaya Dewata, Budayawan: KDM Kapan Ngariung dengan Pegiat Budaya?

Gedung Negara Cirebon yang kini diubah nama menjadi Bale Jaya Dewata.-Dedi Haryadi-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Perubahan nama Gedung Negara menjadi Bale Jaya Dewata tempat berkantor Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi di Cirebon menjadi polemik.
Budayawan dan pegiat budaya Cirebon mempertanyakan alasan perubahan nama Gedung Negara yang sebelumnya digunakan untuk kantor Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) dan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah III Jawa Barat.
Pegiat Budaya Cirebon, R Chaidir Susilaningrat meminta agar pertanyaan terkait perubahan nama tersebut tidak ditarik ke arah setuju atau tidak setuju.
"Saya tidak bicara keberatan soal penamaan tersebut. Itu bersifat subjektif. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Tapi, pemilihan nama baru tak sejalan dengan historis gedung itu," kata Chaidir kepada radarcirebon.com.
Dia menambahkan, sejarah Gedung Negara tidak ada kaitannya dengan Prabu Siliwangi. Sebab baru dibangun jauh setelah era kerajaan.
Kendati demikian, keberadaan Cirebon memang tidak bisa dipisahkan dengan Prabu Siliwangi. Bahkan hubungannya sangat erat.
Cirebon didirikan oleh putera Prabu Siliwangi yaitu Pangeran Walangsungsang yang juga dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana.
“Lewat media ini saya titip salam kepada Pak Gubernur KDM, kapan ngariung dengan para pegiat budaya di Cirebon, kita ngobrol santai."
BACA JUGA:Kolam Penampung Air Pondok Gontor 5 Magelang Roboh, 4 Santri Meninggal Dunia
"Sekaligus beliau juga bisa menyampaikan kenapa nih pakai nama Bale Jaya Dewata. Saya kira dengan komunikasi yang baik, tidak akan ada masalah," ucap Chaidir.
Pegiat budaya di Cirebon, lanjut Chaidir, baru mengetahui perubahan setelah plang nama dipasang. Itu pun tahu dari grup-grup WhatsApp yang berseliweran memfoto plang baru tersebut. Dari situ, pegiat budaya mempertanyakan.
“Ya itu risiko, ganti penguasa, ganti kebijakan, termasuk mengganti nama ini dan itu. Bagi saya nama tidak masalah, masalahnya fungsinya gimana, isinya apa," jelas Chaidir.
Ia menambahkan, bahwa sejak dulu fungsi Gedung Negara berubah-ubah. Dibangun tahun 1808 sebagai markas tentara kolonial dengan nama Gayeng Sekar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: