Banjir Terparah Sejak 80-an

Banjir Terparah Sejak 80-an

CIREBON- Banjir yang menggenangi Kota Cirebon Sabtu (11/3) dini hari khususnya di Karanganom Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk, ternyata hingga kemarin (12/3) sore masih belum kunjung surut. Ratusan rumah terendam banjir. Pantauan Radar di Karanganom, banjir yang merendam rumah warga seakan tidak mau surut, bahkan warga yang rumahnya terendam terlihat hanya bisa pasrah karena tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi banjir. Bunari, warga RT 01 RW 08 Karanganom yang rumahnya terendam  mengungkapkan, banjir terjadi Sabtu (11/3) dini hari sekitar pukul 00.00. Meski air hujan mulai masuk ke rumah, saat itu dirinya belum begitu was-was. Malah anak istrinya tetap tidur di atas tempat tidur. Namun kondisi tersebut tidak bertahan lama, sekitar pukul 03.00, tiba-tiba air yang sudah masuk ke rumah meluap hingga setengah meter. Praktis seluruh isi ruangan di rumahnya terendam banjir. “Hingga saat ini (kemarin, Red), banjir belum surut dan tetap merendam rumah saya,” ungkapnya. Menurut Bunari, banjir di rumahnya sebenarnya limpahan dari RW 10 yang masuk ke RT 05 RW 08 kemudian melimpah ke RT 01. Yang dia khawatirkan saat ini jika muncul hujan susulan, ibaratnya banjir belum selesai ditambah lagi  kiriman air hujan yang semakin merendam rumahnya. Pihaknya selama ini sering meminta pembuatan  saluran air dengan membongkar jalan utama pantura, namun oleh Pemkot Cirebon selalu dijawab jika yang memiliki kewenangan adalah pemerintah pusat. “Kalau kondisi banjir seperti ini masyarakat yang sengsara,” sesalnya. Misra, Sekretaris Kampung Siaga RW 08 Karanganom juga menjelaskan banjir masih tetap menggenangi rumah-rumah penduduk. Bahkan warga RT 05 yang paling parah banjirnya juga terpaksa dievakuasi ke Baperkam RT 04 RW 08. Tercatat sebanyak 30 KK harus mengungsi dari rumah masing-masing. Dari RT 1 hingga RT 5, yang paling parah kondisinya RT 3, RT 4 dan RT 5. “Warga malah ada yang memilih pulang ke Brebes hingga Majalengka karena tidak tahan rumahnya terendam banjir, disini (Baperkam) yang mengungsi paling banyak ibu-ibu dan balita,” ungkapnya. Disinggung tentang bantuan dari pemerintah, Misra  mengaku warga sudah mendapatkan bantuan kesehatan dari Puskesmas, obat-obatan, daster hingga selimut. Bahkan dari Puskesmas membuka posko di Baperkam. Pemandangan miris terlihat di satu sudut Baperkam, seorang bayi yang baru satu bulan dalam gendongan seorang warga. Bayi malang tersebut merupakan bayi yang pernah dibuang oleh ibunya di terminal, dan kali ini sang nenek tidak sanggup untuk merawatnya. Sehingga warga sekitar terpaksa ikut mengurus si bayi yang belum diberi nama tersebut. “Kami terpaksa menyediakan tempat seadanya bagi warga yang rumahnya masih terendam banjir, setidaknya di sini ada tim medis yang berjaga kalau ada apa-apa. Bantuan pun masih terbatas, selain pengobatan kami juga membagikan nasi bungkus agar perut mereka tidak kosong,” tuturnya. Di wilayah tersebut, PT Teja Berlian dan beberapa pabrik pun terpaksa meliburkan karyawannya secara mendadak, karena banjir merendam tempat kerja mereka. Begitu juga dengan SDN 1, 2, 3 Karanganom, tidak ada aktivitas belajar mengajar karena ketiga sekolah terendam banjir hingga siang hari. Selaku Ketua RT 3, Kampung Karanganom, Murba yang rumahnya ikut terendam banjir, menjelaskan banjir seperti kali ini terakhir kali terjadi tahun 80-an. Sebelumnya tidak sampai masuk ke rumah warga dan airnya pun cepat surut. “Mungkin air baru bisa surut besok pagi, karena di sini cuma ada satu saluran air dan itupun kecil. Sehingga debit luapan air Sungai Kalijaga dan Cikalong yang masuk tidak bisa dikeluarkan sekaligus, ini yang mengakibatkan lamanya air surut. Semoga saja tidak ada hujan lagi,” ujarnya pada Radar, kemarin (12/3). Sedangkan banjir yang terjadi pada Jumat malam di kawasan Perumnas ternyata mengakibatkan kerusakan rumah warga. Berdasarkan pantauan Radar, sedikitnya tiga rumah milik warga RT 2/RW 2 Larangan Utara Kelurahan Kecapi milik Roni, Hj Khodijah, dan Masyari yang berada d pinggir Sungai Cikalong rusak. Kerusakan rumah yang paling parah dialami oleh Roni. Selain merobohkan dinding dapur, arus banjir juga membuat diding kamar jebol. Sedangkan rumah Hj Khodijah, selain dinding dapur roboh, atap rumahnya juga ambruk. Begitu juga dengan kondisi rumah Masyari yang di beberapa bagiannya ambruk diterjang air banjir. Menurut salah seorang warga, Jasa, banjir yang terjadi pada Jumat malam tersebut merupakan yang terbesar selama dirinya tinggal di Larangan Utara, Kelurahan Kecapi. “Biasanya meskipun hujan turun dengan deras, sungai Cikalong tidak pernah meluap hingga ke pemukiman dan merusak rumah warga sepertai yang terjadi sekarang ini,” kata dia kepada Radar, Sabtu (12/3). Lebih lanjut, dia menuturkan luapan air Sungai Cikalong yang masuk ke perumahan warga mencapai dada orang dewasa. Karena terjadinya banjir begitu cepat, maka seluruh warga mengungsi ke tempat yang lebih aman tanpa membawa harta. “Sehingga akibat banjir tersebut seluruh perabot rumah tangga seperti eletronik, kasur, hingga ijazah terendam banjir. Sebab, yang terpenting adalah menyelamatkan jiwa dari ancaman banjir,” tutur Jasa. Air yang menerjang rumah warga tersebut baru surut pada pukul 02.00, itupun baru terjadi di perumahan yang berdekatan dengan sungai Cikalong. Sedangkan untuk perumahan yang jaraknya lebih jauh dari Sungai Cikalong atau yang dekat dengan jalan Bay Pass baru surut setelah subuh. “Air yang meluap ke rumah warga meski cukup besar dan membuat sejumlah rumah warga rusak, masih terbantu dengan dibukanya pintu air di bagian hilir Sungai Cikalong. Sebab, jika pintu air tidak dibuka, maka banjir yang terjadi akan lebih parah lagi,” tandas dia. Terpisah, Anggota DPRD dari daerah pemilihan 1 Kecamatan Harjamukti, Drs Cecep Suhardiman SH MH mengungkapkan bahwa hingga saat ini Pemkot Cirebon belum memiliki komitmen serius untuk menanggulangi persoalan banjir baik di kawasan perumnas maupun di daerah lain yang menjadi langganakan banjir. “Sebab, meski Sungai Cikalong dan Sungai Cikenis sudah dibangun senderan, tetapi pembangunannya masih sama dengan permukaan air. Seharusnya senderan yang dibangun lebih tinggi dari permukaan air sehingga jika terjadi hujan deras tidak terjadi banjir,” ungkap dia. Dia juga menilai perencanaan penanganan banjir di Kota Cirebon belum dilakukan dengan baik oleh Dinas Pekerjaan Umum, Energi Sumber Daya Mineral (DPU ESDM). Hal ini terlihat meski hampir setiap tahun dianggarkan untuk penanggulangan banjir, tetapi setiap tahun juga masih terjadi banjir disejumlah lokasi. “Dengan demikian, saya melihat bahwa dalam menangani banjir Pemkot Cirebon tidak pernah tuntas dan meninggalkan masalah,” tandas anggota komisi A ini. Pria yang juga kader Partai Demokrat ini menyatakan untuk pembangunan senderan dan normalisasi Sungai Cikalong maupun Cikenis sudah dilakukan sejak tahun 2007 dengan dibangun senderan dan pengerukan. Bahkan melalui bantuan provinsi, tahun 2009-2010 kedua sungai tersebut juga mendapatkan anggaran untuk normalisasi sungai tetapi hasilnya belum juga maksimal. “Di tahun 2011 ini juga dianggarkan lagi untuk perbaikan Sungai Cikalong dan Cikenis dan penanganan banjir di jalan Terusan Pemuda. Mudah-mudahan untuk kali ini dengan perencanaan yang baik dan kualitas yang baik pula, bisa menanggulangi banjir yang terjadi di Kota Cirebon,” tukas Cecep. (abd/mam/tta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: