Pertemuan Cikini Rintis Poros Koalisi Partai Islam
JAKARTA - Pergerakan pembentukan poros koalisi menjelang pemilihan presiden kian dinamis. Setelah wacana pembentukan poros dengan motor Partai Demokrat yang sudah memutuskan melanjutkan proses konvensi, kini muncul gagasan untuk membentuk poros koalisi dengan basis partai-partai Islam. Ide tersebut muncul saat sejumlah tokoh dan politisi Islam berkumpul di sebuah rumah di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (17/4) malam. Pertemuan itu menindaklanjuti musyawarah kepemimpinan umat Islam pada Selasa (15/4) yang melahirkan forum koalisi politik Islam. Forum tersebut diprakarsai oleh Bachtiar Nasir (sekjen majelis intelektual dan ulama muda Indonesia), Cholil Ridwan (MUI), dan Din Syamsuddin. Forum tersebut digagas untuk menampung aspirasi umat Islam yang menginginkan partai-partai Islam bersatu dan selanjutnya bisa mengajukan calon sendiri dalam pilpres 9 Juli mendatang. Dalam pertemuan Kamis malam lalu, beberapa politisi yang datang pada pertemuan Kamis malam itu antara lain Amien Rais dan Azwar Abubakar dari PAN, Bahruddin Nashori mewakili PKB, Anis Matta, Hidayat Nurwahid dan Fahri Hamzah dari PKS, serta Muchdi PR dari PPP. Sejumlah tokoh seperti Jusuf Kalla dan Mahfud MD juga ikut diundang namun tidak hadir. Fahri Hamzah menuturkan, memang ada dorongan agar partai-partai Islam bersatu. Pertimbangannya adalah keberhasilan partai-partai Islam yang berhasil membalikkan prediksi sejumlah lembaga survei bahwa partai Islam akan terpuruk, bahkan tidak lolos parliamentary threshold sebesar 3,5 persen. \"Ternyata prediksi itu meleset total. Mereka (forum, red) ikut senang dan bangga karena ternyata partai Islam suaranya naik,\" kata wasekjen PKS itu, kemarin (18/4). Dengan perolehan itu, lanjut dia, forum mengusulkan agar partai Islam bersatu. Malah usulnya sampai pada tingkat agar partai Islam memiliki pasangan calon sendiri dalam pilpres mendatang. Namun, lanjut dia, ada juga yang mengusulkan agar partai lain diajak bergabung sebagai calon wakilnya. Fahri mengatakan, aspirasi tersebut akan dipikirkan dengan seksama. Bagi PKS, menurutnya, koalisi memang harus dari percakapan yang substantif. \"PKS tidak mau terjebak pada simbolik semata. Kita harus mulai masuk substansi. Substansinya adalah pemerintahan. Ideologinya sudah selesai. Kita semua bersandar pada Pancasila,\" terang anggota Komisi III DPR itu. Berdasarkan hasil hitung cepat, jika seluruh partai berbasis massa Islam bergabung maka suara gabungan PKB, PAN, PPP, dan PKS mencapai 30 persen lebih. Artinya, sudah melebihi ambang batas yang diatur di presidential threshold yang mencapai 25 persen suara nasional dan/atau 20 persen kursi di parlemen. Namun, jika satu partai saja tidak bergabung, maka koalisi tidak bisa dilaksanakan. Hal itu sama ketika peluang terbentuknya koalisi Islam dilihat dari kacamata kemungkinan kursi di parlemen. Berdasar estimasi kursi yang masih didasarkan pada hasil hitung cepat, keempat partai berbasis massa Islam yang ada harus bergabung semua. Jika ada salah satu yang gagal diajak berkoalisi, maka koalisi butuh tambahan minimal satu partai dari basis nasionalis. Selain PPP yang sudah menyatakan bergabung dengan Poros Koalisi Partai Gerindra, hingga kemarin, PKB juga masih belum sepenuhnya memberi lampu hijau terhadap terbentuknya poros tersebut. \"Sejak awal, kami yakin itu (koalisi partai Islam) tidak akan terwujud. PAN sudah punya calon (calon presiden), PKS juga. PPP baru pembicaraan awal saja sudah lari duluan,\" kata Ketua DPP PKB Marwan, kemarin. Dia menilai pertemuan tokoh-tokoh partai Islam di Jakarta Kamis (17/4) malam lalu, belum bisa dijadikan acuan karena masih sebatas pembicaraan awal. \"Apa yang dikatakan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, kalau kami sudah kapok, ada betulnya. Itu sinyal awal. Unsur larinya lebih tinggi. Kalau PKB sih santai-santai saja, istiqomah dengan garis perjuangan. Justru, mereka yang lari duluan,\" sindirnya. Sementara itu, di luar mainstream tiga poros koalisi yang ada (PDIP, Golkar, Gerindra) selain koalisi partai Islam, agenda pembentukan koalisi keempat lainnya yang dimotori Partai Demokrat juga masih terbuka. Dalam video wawancara yang diunggah di situs youtube.com, Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan kalau pihaknya masih tetap mengandalkan konvensi untuk bisa menghasilkan kandidat terbaik untuk diusung dalam pilpres mendatang. \"Ini forum yang bagus, saya sampaikan pada peserta konvensi, teruslah mendapatkan elektabilitas setinggi-tingginya sehingga membuka peluang baru bagi Demokrat untuk kemungkinan bisa mencalonkan capresnya sendiri,\" papar SBY. SBY menuturkan, kesebelas peserta konvensi merupakan figur dengan potensi dan kemampuan yang mumpuni. Karena itu, pihaknya masih berharap banyak pada perolehan survei akhir peserta konvensi nanti. Meski begitu, orang nomor satu di Indonesia itu juga tidak menutup mata bahwa ada kemungkinan hasil konvensi tidak mampu mendongkrak suara Demokrat. Jika itu yang terjadi, SBY mengaku siap berkoalisi dengan partai lain. Namun, dia belum bersedia mengungkapkan kemana arah koalisi Demokrat nantinya. \"Nanti jika surveri terakhir yang kami laksanakan akhir bulan ini, tidak cukup tinggi dan tidak bisa bersaing dengan Capres papan atas, tentunya Partai Demokrat tahu diri dan andaikata kami tidak mencalonkan Capres sendiri, Partai Demokrat masih bisa memberikan dukungan kepada Capres mana nanti yang akan kami putuskan,\" urainya. (dyn/fal/ken)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: