Ziarah yang Terganggu: Refleksi Sosial atas Fenomena Peminta-Minta di Obyek Wisata Sunan Gunung Jati

Ziarah yang Terganggu: Refleksi Sosial atas Fenomena Peminta-Minta di Obyek Wisata Sunan Gunung Jati-dok-radarcirebon.com
Tanggung Jawab Bersama dalam Menciptakan Obyek Wisata yang Ramah
Masalah ini jelas bukan hanya tanggung jawab pemerintah desa semata. Pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cirebon, juga memiliki peran penting dalam mengawasi dan memberikan solusi terkait dengan keberlanjutan obyek wisata yang ramah dan nyaman bagi pengunjung.
Penertiban tidak hanya perlu dilakukan secara tegas, tetapi juga harus berbasis pada pendekatan yang manusiawi dan konstruktif.
Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan melibatkan lembaga-lembaga sosial, pesantren, dan komunitas lokal dalam menciptakan program-program pemberdayaan bagi masyarakat sekitar makam. Pendidikan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja alternatif akan lebih efektif daripada hanya mengandalkan praktik pemaksaan yang mengorbankan kenyamanan peziarah.
Tidak kalah penting, pendekatan berbasis budaya dan etika juga harus diterapkan oleh pemerintah desa. Setiap warga dan pengunjung harus merasa bahwa mereka diperlakukan dengan hormat, bukan sekadar sebagai sumber pemasukan.
BACA JUGA:Utang Pemkab Kuningan Ditarget Tuntas Akhir Tahun, Masih Tersisa Rp66 Miliar
Solusi untuk Masa Depan: Dari Ketegasan hingga Pemberdayaan Agar kawasan wisata religi ini dapat berkembang menjadi tempat yang lebih baik, pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat harus bekerja bersama-sama.
Penertiban yang lebih sistematis dan terorganisir sangat diperlukan. Tidak hanya dengan menerapkan
aturan yang jelas, tetapi juga dengan mengembangkan program-program sosial yang memberdayakan. Pihak pengelola wisata juga harus dilibatkan untuk memastikan bahwa setiap pengunjung merasa nyaman, tanpa adanya gangguan dari peminta-minta atau praktik eksploitasi lainnya.
Selain itu, pendidikan bagi masyarakat sekitar untuk mengedepankan nilai-nilai kewirausahaan dan keagamaan yang menghargai martabat manusia harus menjadi prioritas. Dengan cara ini, masyarakat tidak lagi mengandalkan belas kasihan orang lain sebagai sumber pendapatan, tetapi bisa mandiri dan memiliki rasa hormat terhadap diri mereka sendiri.
Kesimpulan
Makam Sunan Gunung Jati adalah warisan spiritual yang sangat berharga. Namun, agar obyek wisata ini tetap menjadi tempat yang penuh kedamaian, diperlukan upaya serius dari semua pihak untuk menanggulangi masalah peminta-minta yang semakin mengganggu.
BACA JUGA:Nama Disalahgunakan, Nana Kencanawati Imbau Warga Waspada Penipuan
Ketegasan pemerintah desa dan daerah, ditambah dengan pendekatan pemberdayaan yang lebih konstruktif, akan memberikan solusi yang lebih berkelanjutan. Hanya dengan begitu, kawasan ziarah ini akan kembali menjadi tempat yang layak untuk dihormati dan dihargai oleh semua
pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: