Senior Golkar Desak Munaslub
JAKARTA - Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini akan menjadi ajang pembicaraan serius pencapresan Aburizal Bakrie (ARB) alias Ical. Rapimnas juga memungkinkan menggodok penyelenggaraan Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) guna mengevaluasi kepemimpinan Ical. “Rapimnas harus dilakukan dan Golkar harus segera tetapkan cawapres, kemudian lakukan evaluasi dan tidak menutup kemungkinan digelar Munaslub. Hal ini lantaran banyak persoalan dan janji-janji dan komitmen ARB yang harus dibahas,” kata Ketua DPP Yorrys Raweyai, dalam diskusi yang diselenggarakan Founding Fathers House bertajuk Menebak Arah Angin Parpol Hadapi Pilpres 2014: Diantara Pesimis dan Realistis, di Kantor FFH, Prapanca, Jakarta Selatan, Rabu (23/4). Politisi senior Golkar ini menegaskan, suara Golkar yang tidak memenuhi target membuat partai berlambang pohon beringin ini sulit bernegosiasi soal koalisi. “Sekarang Golkar susah mendapatkan teman koalisi, partai lain sudah bicara cawapres. Saya punya hak bersuara dan meminta pertanggungjawaban Ical dan Bapilu Partai Golkar,” katanya. Menurutnya, sejak 4 bulan lalu terutama Januari 2014, Ical menjalankan partai seperti perusahaan. Maka dari itu dirinya bersama kader Golkar lainnya akan meminta pertanggungjawaban Ical atas seluruh janjinya. “Karena itu Rapimnasus harus dijadikan pembicaraan serius tentang masa depan pencapresan Ical. Termasuk menyangkut munaslub,” paparnya. Lalu siapa kader yang layak diusung? Anggota Komisi I DPR RI ini mengatakan, sebetulnya ada sejumlah kader Golkar yang dinilai bisa menggantikan Ical. “Kita punya banyak stok kader senior seperti Agung Laksono (Menkokesra, red), Fadel Muhammad (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan), dan Priyo Budi Santoso (Wakil Ketua DPR) yang sangat berpeluang jadi ketum baru. Golkar harus beri peluang 85 persen bagi kader muda untuk memimpin,” pungkasnya. Di tempat yang sama, pakar politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, seharusnya Golkar mengusung cawapres untuk partai lain. Kalau tetap memaksakan pencapresan Ical maka di atas kertas kalah. Dengan mengusung cawapres, maka dapat mengamankan posisinya di dalam pemerintahan. “Kita tahu bahwa Golkar tidak terbiasa di luar pemerintahan, saya bilang Golkar apakah usung capres dan cawapres sehingga saya bilang itu pesimis dan realistis. Sebab dengan modal suara Golkar, partai ini sebetulnya layak mengajukan cawapres pada parpol lainnnya seperti Joko Widodo maupun Prabowo Subianto,” paparnya. Karena, kata Emrus, kalau memaksakan pencapresan Ical, Golkar akan kehilangan kursi RI 2 dan kursi pemerintahan. Sementara dalam sejarahnya Golkar terbiasa di dalam pemerintahan dan tidak pernah menjadi oposisi. “Saya pikir dengan perolehan suara Golkar yang hanya sekitar 14 persen, jauh dari target 30 persen, Ical harus legowo untuk tidak mencalonkan diri menjadi presiden dan mengajukan kader potensial untuk maju,” tegasnya. Meskipun iklan Ical banyak tayang di televisi, lanjut dia, ternyata tidak menaikkan elektabilitasnya. “Sesungguhnya efek tayangan iklan capres di Indonesia itu ternyata tidak mendongkrak elektabilitas karena yang terpenting adalah ketokohan yang mempunyai kredibilitas baik,” pungkasnya. (dms/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: