Prognosa Bulog 97.000 Ton
INDRAMAYU – Petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Indramayu saat ini sudah mulai menikmati masa panen. Pantauan Radar, petani yang ada di wilayah Kecamatan Karangampel, Juntinyuat, Balongan, Indramayu, Sliyeg, dan wilayah lainnya bahkan sudah panen sejak beberapa minggu yang lalu. Masa panen kali ini memang bisa dikatakan terlambat. Hal ini terjadi akibat bencana banjir yang melanda Indramayu pada awal tahun 2014 lalu, sehingga banyak petani yang terpaksa melakukan penanaman ulang. “Memang panen kali terlambat akibat musibah banjir, tapi kami bersyukur karena masih bisa menikmati masa panen,” ujar Wisad, salah seorang petani. Sementara itu Bulog Sub Divre Indramayu saat ini juga sudah mulai melakukan penyerapan gabah dari petani melalui mitra kerjanya. Menurut Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, Attar Rizal, Bulog Indramayu menargetkan penyerapan atau pengadaan gabah sebesar 97.000 ton pada tahun 2014. “Target pengadaan atau prognosa tersebut diharapkan dapat terpenuhi meski ada keterlambatan masa tanam, yang berimbas pada mundurnya masa panen,” ujar Attar, Selasa (29/4). Attar mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi target tersebut adalah dengan menambah jumlah mitra kerja bulog untuk menyerap gabah hasil panen petani. Menurutnya, dengan mitra bulog yang semakin banyak diharapkan target pengadaan dapat terpenuhi dan memudahkan penyerapan gabah hasil panen petani. “Kita akui penyerapan gabah terkendala oleh keterlambatan masa tanam dan masa panen. Saat ini masa panen baru mencapai dua puluh persen,” kata dia. Attar menambahkan, selain masalah keterlambatan panen, hal-hal lain yang mengganggu serapan gabah hasil panen petani adalah faktor kemarau atau musim hujan dengan intensitas tinggi. Karena cuaca yang terjadi kerap berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas gabah hasil panen. Selain itu, meski hasil panen menurun namun secara kualitas terkadang mengalami peningkatan. Hal ini berimbas pada harga gabah hasil panen yang melambung tinggi, sehingga membuat bulog kesulitan untuk membeli gabah dari petani. “Ketika harga gabah cukup tinggi dan berada di atas harga pembelian pemerintah, petani lebih memilih menjual ke tengkulak,” ujarnya. (oet)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: