Libur, Minta Tetap Didistribusikan

Libur, Minta Tetap Didistribusikan

MAJALENGKA – Kembali menghilangnya gas elpiji 3 kilogram membuat Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Majalengka mengusulkan tambahan distribusi fakultatif. Kepala Disperindag H Udin Abidin SH MM melalui Kepala Bidang Pengelolaan Pasar dan Perdagangan Drs Duddy Darajat SH MSi membenarkan jika peristiwa hilangnya gas melon sudah terjadi sejak satu pekan ke belakang. Oleh karenanya, guna mengantisipasi kelangkaan secara terus menerus pihaknya mengusulkan distribusi fakultatif. Usulan tersebut sudah dikoordinasikan sejak Selasa (29/4) lalu ke Hiswanamigas dan Pertamina terkait tambahan suplai gas bersubsidi. “Tambahan itu kami meminta fakultatif selama empat hari kerja untuk bisa disuplai secara penuh. Kami usulkan tambahan sebanyak 40 persen melalui tanggal merah di bulan Mei ini,” jelasnya, kemarin (6/5). Dikatakannya, tanggal merah atau hari libur tersebut adalah hari fakultatif pendistribusian gas 3 kilogram bersubsidi. Tambahan empat hari kerja itu merupakan hari libur di bulan Mei yang perlu untuk diganti sebagai tambahan suplai kepada pangkalan guna menyentuh langsung ke tangan masyarakat. Pihaknya mengklaim tambahan fakultatif yang dilakukan itu sudah dilakukan secara maksimal. Hanya saja, Pertamina maupun Hiswanamigas sampai saat ini belum memenuhi kebutuhan yang telah diajukan pihaknya. Disebutkan, kebutuhan suplai gas elpiji 3 kilogram di wilayah Kabupaten Majalengka tercatat sekitar 45 truk setiap harinya. Dalam satu truk terdapat sekitar 560 tabung gas melon. Setelah melakukan koordinasi dengan Hiswanamigas dan Pertamina, perencanaan suplai distribusi gas akan difasilitasi sebanyak 55 truk. “Kami sudah berupaya semaksimal mungkin melalui sidak ke sejumlah pangkalan gas. Setelah tadi dicek informasi ada tambahan sekitar 50 persen akibat pertengahan hingga akhir bulan lalu stok minim,” ujarnya. Ditanya berdasarkan pantauan harga gas melon di sejumlah pangkalan dan pasar, Duddy mengakui jika harga gas terbilang bervariatif. Di antaranya dari harga Rp16 ribu hingga Rp18 ribu, bahkan ada yang mencapai Rp19 ribu. Ia mengatakan, semakin seringnya gas 3 kilogram menghilang dari peredaran ditengarai akibat tingginya pertumbuhan konsumsi. Itu didasari dari pertumbuhan usaka mikro di wilayah Kota Angin. Padahal, pihaknya kembali mengklaim jika hal tersebut sudah diantisipasi sejak tahun yang lalu dengan tambahan akumulasi sebanyak 10 persen. “Kalau Pertamina memenuhi suplai gas fakultatif ini tentunya ketersediaan terbilang aman. Karena melalui kelangkaan ini kami selalu memagari oleh fakultatif itu. Sekarang memang ketersediaan gas di wilayah Majalengka sudah mendekati SOS. Karena seiring dengan pertumbuhan banyaknya usaha mikro seperti pedagang gorengan, pecel lele, dan lain sebagainya,” tandasnya. Menghilangnya gas melon berdampak kepada kelangsungan usaha mikro di sejumlah daerah di Majalengka. Salah satunya pedagang ayam goreng. Yati (46) misalnya, ia mengeluhkan kondisi ini kembali terjadi padahal dalam beberapa bulan yang lalu hal serupa pernah terjadi. Ia mengaku akibat menghilangnya gas bersubsidi hasil konversi dari minyak tanah ini mengalami kerugian jutaan rupiah. “Saya sudah hampir seminggu ini gak jualan mas. Kalau dihitung-hitung merugi lebih dari Rp1 juta. Itu dikalkulasikan karena setiap hari mampu mendapatkan keuntungan dari jualan antara Rp200 ribu sampai dengan Rp300 ribu,” keluhnya. Sementara itu, kelangkaan gas ternyata tidak hanya untuk ukuran 3 kg saja, tapi kini gas ukuran besar 15 kg mulai langka. Penjual gas, Ena (45) warga Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka mengatakan gas ukuran 15 kg juga kini mulai langka sejak sepekan ini. Menurut pemilik Toko Makmur ini, dirinya tidak tahu penyebab kelangkaan gas ini. Saat bertanya ke agen, I apun tidak mendapatkan jawaban yang pasti. \"Sudah sepekan ini gas 15 kg juga langka dan tidak tahu kapan ada kiriman lagi,\" tutur Ena kepada wartawan koran ini, kemarin. Hilangnya gas ukuran 15 kg membuat kalangan ibu rumah tangga yang semula tidak kelimpungan mencari gas, kini harus rela tidak memasak. Seperti yang dialami Umi Aisyah (35), warga Kelurahan Majalengka Kulon terpaksa seharian tidak memasak karena gas kosong di mana- mana. \"Masih untung masak nasi pakai magic com, dan lauknya tinggal beli saja ke warung,\" ujarnya kepada wartawan koran ini, kemarin. (ono/ara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: