Kritik Mou dan Rodgers

Kritik Mou dan Rodgers

START awal musim yang buruk membuat Manchester City bukan tim favorit juara Premier League musim ini. Melainkan ada sederet tim besar seperti Manchester United, Arsenal, Chelsea, serta Liverpool yang diprediksi kuat membawa pulang gelar dari kompetisi sepak bola tertinggi di Inggris itu. Wajar. Sebab, empat raksasa sepak bola Inggris itu mengawali kompetisi dengan sangat mulus. Arsenal misalnya, yang pernah merasakan empuknya puncak klasemen selama 128 hari. Kemudian, ada Chelsea bersama pelatih Jose Mourinho yang pernah duduk manis di top klasemen tersebut selama 64 hari. Selain itu, Liverpool yang dihuni oleh pemain-pemain beken, serta kualitas di atas rata-rata, juga tidak kalah lama berada di puncak klasemen, 59 hari. Sementara itu, Manchester City yang musim ini harus beradaptasi dengan pelatih anyar, Manuel Pellegrini, sedikit tertatih-tatih, meski akhirnya pernah 14 hari berada di posisi teratas. \"Itu karena kami tahu caranya untuk bagaimana bisa juara. Dan, saya rasa kami adalah tim yang mampu menampilkan permainan indah, tampil atraktif, dan selalu berusaha untuk mencetak gol lebih banyak,\" ujar mantan pelatih Real Madrid ini terkait kesuksesan City musim ini. Nah, dengan suksesnya Pellegrini meraih gelar musim ini tersebut, sekaligus membuat namanya pantas disejajarkan dengan pelatih-pelatih besar yang pernah ada di sepak bola Inggris. Misalnya Jose Mourinho (Mou) di Chlesea dan Brendan Rodgers bersama Liverpool. Kepada BBC Sports, Pellegrini juga mengakui bahwa Mou dan Rodgers sejatinya adalah pelatih yang sangat berkualitas. Hanya saja, mereka tidak jeli melihat kemampuan dan potensi yang ada dalam tim mereka. Dia lantas mengkritik Mourinho yang dengan terang-terangan mengkerdilkan status timnya dengan analogi \"little horse\" sehingga tidak perlu berambisi meraih gelar di musim ini. \"Jika mereka mengatakan, bahwa mereka bukan favorit atau tidak merasakan tekanan apapun dalam perebutan gelar musim ini, saya tidak percaya mereka,\" ujar Pellegrini. \"Filosofi saya ini benar-benar berbeda. Mungkin mereka berdua menutupi diri mereka sendiri untuk tidak memenangkan gelar,\" lanjutnya. \"Sebab, tim besar harus bermain layaknya semua tim besar. Tapi, apa yang mereka lakukan itu, akan sangat mengecewakan, untuk sepak bola, untuk fans, dan bahkan untuk semua orang,\" timpalnya. \"Sementara saya berpikir bahwa sepak bola paling menarik, semakin banyak tujuan yang bisa diraih, maka itu yang harus dihargai,\" tutupnya. (dik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: