Serangan Hama Padi Dinilai Masih Wajar

Serangan Hama Padi Dinilai Masih Wajar

KUNINGAN – Serangan hama pada saat musim tanam padi tidak bisa dihindari. Untuk Kuningan, serangan hama padi dinilai masih dalam batas wajar, sehingga tidak sampai menurunkan produktivitas hasil pertanian. “Kalau masalah hama baik itu wereng, keong mas hingga serangan tikus setiap musim pasti ada. Namun, jumlahnya masih dalam batas normal. Kami juga terus memantau dan memberikan bantuan kepada para petani,” ucap Kepala Distanakan (Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan) Kuningan Ir Bunbun Budhyasa kepada Radar, kemarin (12/5). Dia mencontohkan, jika 5 ha terserang hama, maka pemerintah membantu 1 ha. Bukan hanya sekadar bantuan obat-obatan, tapi juga penyuluhan bagaimana pengendalian tanaman agar tidak terkena serangan hama. Di lapangan sendiri untuk membantu petani, terdapat tim yang bernama pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT). Mereka merupakan pejabat fungsional yang tugasnya membantu para petani. “Saya tidak bisa menyebutkan batas normal serangan hama berapa persen. Namun, jumlah serangan hama tidak sempai membuat stok beras berkurang,” sebutnya. Sebelumnya, hektaran lahan sawah di Kecamatan Pasawahan diserang hama keong mas dan belalang. Akibatnya sejumlah petani harus merugi. Bukan hanya di Pasawahan, Desa Citenjo, Kecamatan Cibingbin juga hekteran sawah diserang tikus. Bahkan, serangan hama sudah terjadi dalam dua musim tanam. “Biasanya dalam sekali panen bisa mencapai 2-3 kuintal dari lahan seluas 100 bata. Tapi sekarang hanya cukup buat memenuhui kebutuhan sehari-hari saja,” ujar Maman (50) salah seorang petani Kecamatan Pasawahan, kemarin (8/5). Menurutnya, keong mas dan belalang itu merupakan parasit tanaman yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan padi. Petani sudah berusaha semakismal mungkin, namun tetap saja tidak berhasil. Terpisah, sudah dua musim para petani di Kecamatan Cibingbin mengalami penurunan produksi. Penurunan hasil penen disebabkan karena serangan hama tikus dan wereng. Bahkan, untuk musim ini serangan hama selain tikus juga wereng. “Dari lahan 100 bata petani rugi 1-4 kuintal. Kejadian sudah berlangsung selama dua musim berturut-turut. Makanya, banyak petani yang tengah bersedih,” jelas Tohari, salah satu petani asal Desa Citenjo, Kecamatan Cibingbon kepada Radar. Menurutnya, serangan hama tidak bisa dihindari meski petani sudah berupaya dengan melakukan penyemprotan antihama. Petani sendiri hanya berharap pada musim berikutnya tidak mengalami kerugian seperti musim saat ini. “Saya kira setelah wereng pada musim pertama, musim berikutnya tidak ada hama dan petani bisa mengganti kerugian. Namun, yang terjadi justru hama bertambah dengan adanya serangan tikus dan kami pun merugi dua kali,” ucap pria paruh baya ini. Hal yang sama juga dikatakan Juhardi, di mana hasil panen yang biasa mendapatkan 10 karung saat ini hanya empat karung. Meski sedih tetap mensyukuri hasil panen tahun ini. “Saya juga tau risiko bertani kalau tidak rugi ya untung. Tapi, kan tetap ketika sudah berjuang maksimal hasilnya seperti ini tetap kecewa,” ucap dia. Padahal, lanjut dia, musim kedua merupakan musim yang selalu jadi andalan. Karena pada masa tanam ketiga atau musim kemarau petani memilih menanam palawija, mengingat lahann tadah hujan. Keculai jika saluran irigasi yang baik, memungkinkan untuk bisa bercocok tanam selama tiga kali. Menurut pria yang memiliki lahan 600 bata ini, serangan hama terjadi bukan hanya di wilahnya namun sudah merata. Ia mengakui, masalah hama merupakan siklus rutin yang terjadi waktu tiga tahun. Kondisi padi yang terkena hama wereng, kualitasnya menjadi jelek. Sehingga harga gabah pun menurun, dari yang semula Rp500/kg kini menjadi Rp400/kg. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: