Tak Perlu Khawatirkan Capres yang Punya Utang
JAKARTA - Pengamat ekonomi Anton Bawono mengatakan tidak ada masalah seorang calon presiden memiliki utang, sepanjang utang itu beban perusahaan yang digunakan untuk pengembangan bisnis. Hal tersebut dikatakan Anton Bawono, menyikapi pemberitaan mengenai sejumlah calon presiden yang memiliki sejumlah utang. Ada kekhawatiran, nantinya saat terpilih dan menjadi presiden, yang bersangkutan akan korupsi untuk melunasi utangnya. “Jika seseorang memiliki utang yang orientasinya untuk investasi atau bisnis maupun konsumsi baik individu maupun rumah tangga tidak masalah, sepanjang utang tersebut akan menguntungkan makro ekonomi,” kata Anton Bawono kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (13/5). Menurut Anton, perilaku konsumsi, investasi, dan beberapa lainnya dalam perspektif makro ekonomi memiliki multiplier effect yang akan menggerakkan roda perekonomian. Pebisnis yang menggunakan dana utang untuk dialokasikan pada investasi industri tertentu apalagi padat karya, tentu ini akan menguntungkan banyak pihak. Antara lain, banyak tenaga kerja terserap di samping pemilik sumber daya lain juga akan ikut menikmatinya. “Daya beli masyarakat akan meningkat dan ini akan menggairahkan investasi yang lain,” ujarnya. Di tempat terpisah, pengamat ekonomi dari IAIN Solo, R Lukman Fauroni menilai utang yang digunakan untuk usaha dapat dijadikan indikator pertumbuhan ekonomi. “Pada prinsipnya uutang merupakan indikator yang cukup penting untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi,” katanya. Lebih lanjut Lukman menjelaskan, bank sebagai pihak pemberi pinjaman telah memiliki penilaian yang khusus terhadap dunia usaha. “Semakin besar pinjaman yang diberikan bank untuk pengembangan usaha itu artinya semakin dipercaya bonafiditas perusahaan tersebut. Pinjaman besar yang digunakan untuk usaha dapat memutar uang dalam jumlah besar karena produksi dan konsumsi akan meningkat. Hampir di semua negara maju pengusahanya memiliki hutang untuk mengembangkan usaha. Jadi ini bukan masalah, hal ini sudah lumrah,” tegasnya. Karena itu Lukman mengingatkan, untuk pemilihan presiden mendatang yang terpenting dalam dunia usaha bukan soal utang, tetapi kemandirian bangsa. “Yang lebih penting dikedepankan adalah prinsip jatidiri untuk kemandirian bangsa, bukan hobi menjual aset bangsa. Kesehatan suatu perusahatan dinilai dari produktivitasnya bukan dari besarnya utang,” pungkasnya. (fas/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: