Kader PDIP Kembali Soroti Perolehan Kursi
KUNINGAN – Sebagai kader PDIP yang juga mencalonkan anggota legislatif pada pileg kemarin, Yanto Sugiyanto merasa prihatin terhadap penurunan kursi partainya. Sebab partai wong cilik tersebut memiliki kekuasaan dengan duduknya kader partai pada tampuk bupati dan wakil bupati. Bahkan PDIP pun mempunyai kader yang duduk di kursi ketua DPRD. “Di Kuningan itu kita punya bupati, wakil bupati dan juga ketua DPRD. Mayoritas kursi di parlemen juga PDIP. Makanya saya selaku kader partai merasa prihatin atas perolehan kursi yang merosot dari 14 menjadi 10 kursi,” tandas mantan wakil rakyat periode 2004-2009 itu, kemarin (13/5). Untuk itu, pihaknya menilai wajar jika kader dan simpatisan PDIP mengevaluasi DPC sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kemerosotan dalam konfercab. Namun hal itu menurutnya, bukan dalam konteks seruan untuk tidak memilih seseorang. “Bukan konteks jangan pilih Acep Purnama atau yang lainnya. Tapi dalam konteks mempersiapkan figur yang betul-betul jelas ideologinya, loyalitasnya dan dedikasinya. Background-nya harus jelas dong,” kata Yanto. Dia mengingatkan, utusan konfercab nanti jangan sampai yang diperbagus hanya karena sebuah pemberian. Jangan sampai kejadian seperti sekarang, meskipun PDIP mempunyai bupati namun di parlemen justru merosot. “Lihat di Majalengka dan Cirebon, perolehan kursinya bagus. Tapi di kita, meskipun punya bupati dan wakilnya namun kursi merosot. Ini patut dipertanyakan, kenapa sampai turun? Untuk itu saya hanya sekadar mengingatkan para kader yang masih simpati terhadap partai, tolong orang-orang PDIP harus jelas ideologinya,” tegas dia. Sebagai kader partai, Yanto ingin bicara apa adanya kalau ingin partai maju. Jangan mau berpolitik kalau tidak mau meluruskan ketidakbenaran. Dalam hal ini Yanto tidak berbicara untuk kepentingan pribadi melainkan untuk institusi. “Jangan karena diberi kenikmatan lantas didiamkan. Mari kita bedah bersama tentang kemenurunan ini. Ada skenario apa ke depan, sehingga PDIP seperti ini? 2015 itu ada mekanisme, silakan pilih figur yang benar-benar ingin membela partai,” sarannya. Ungkapannya itu, aku Yanto, bertujuan untuk mengingatkan mereka yang duduk di tampuk kekuasaan. Begitu pula para pengurus DPC, PAC sampai ke tingkat ranting. Sebab maju mundurnya partai merupakan tanggung jawab bersama. “Kalau ingin besar, belajarlah dari kekurangan sekarang. pilih figur yang tanggung jawabnya jelas pada partai,” kata Yanto. Kaitan dengan isu pelengseran ketua DPC, dia menegaskan, hal itu dikembalikan pada mental kader jika bersama-sama tanggung jawab untuk kepentingan bersama. “Rudi Harsa (mantan ketua DPD PDIP Jabar, red) saja bisa dilengserkan, padahal kesalahannya dalam konteks di luar kepartaian, bukan urusan kepemiluan. Tapi untuk kondisi seperti sekarang lebih baik tunggu saja konfercab 2015 yang akan datang,” ujarnya. Secara pribadi, Yanto memberikan penilaian terhadap Acep Purnama. Menurutnya, Acep terkesan kurang dalam pemberdayaan terhadap kader partai. Hanya saja kadernya malu-malu, hanya berani bicara di belakang. “Terus terang saya tidak senang kader yang ABS (asal bapak senang) dan AIS (asal ibu senang). Saya ingin siapa pun diingatkan kalau ada kekurangan,” tandasnya. Yanto mengaku tidak mau diistimewakan oleh kekuasaan meskipun dua periode dipimpin kader PDIP ditambah periode sekarang. Keinginannya hanyalah untuk kemajuan partai. Selama ini menurutnya, masih banyak kader yang perlu dibenahi karena masih “mengamen”. “Ada sih yang makmur beberapa orang, mungkin yang menjilat, yang ABS dan AIS. Saya berharap Bupati Hj Utje Ch Suganda mampu menyosialisasikan partai di pileg kemarin. Presiden saja cuti untuk Partai Demokrat,” tukasnya. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: