Harjad Ditutup Pawai Akbar

Harjad Ditutup Pawai Akbar

MAJALENGKA – Kemarin (8/6), pusat Kota Majalengka menjadi lautan manusia. Puluhan ribu masyarakat memadati alun-alun Majalengka dan sekitarnya. Mereka menyaksikan karnaval pawai pembangunan dalam rangka Hari Jadi (Harjad) Ke-521 Kabupaten Majalengka. Agenda tahunan ini menampilkan defile aneka kreasi masyarakat perwakilan dari kecamatan, instansi, dan badan usaha. Tahun ini ada yang berbeda. Biasanya karnaval diadakan pada tanggal 7 Juni sebagai hari lahir Majalengka setelah paripurna hari jadi, kini diadakan sehari kemudian. Tepat pukul 08.00, Bupati Majalengka, H Sutrisno SE MSi didampingi Wakil Bupti Karna Sobahi dan sejumlah pejabat membuka secara simbolis dengan melepas balon ke udara. Para peserta yang sudah tidak sabar satu per satu bergiliran melakukan defile. Tak sedikit yang melakukan atraksi di depan rombongan bupati. Ada juga yang langsung menerima angpao dari bupati dan unsur Muspida dari atas panggung. Untuk memotivasi peserta, panitia pelaksana melakukan penilaian dengan menerjunkan dewan juri, yang ditempatkan di berbagai sudut. Semua kreasi peserta nyaris tidak ada yang sama. Ada yang menampilkan potensi khas daerah seperti boboko raksasa, ada yang membuat replica piala adipura dengan ukuran jumbo, ada pula yang berpakaian seperti guru zaman dulu mengenakan sepeda ontel layaknya tokoh Oemar Bakri, ada pula yang menampilkan beragam kesenian daerah, dan banyak lagi kreasi lainnya. Panitia Pelaksana yang juga Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan, dan Energi (DPSDAPE) Kabupaten Majalengka, Hasan Maarif mengatakan, ada 40 peserta yang mengikuti kegiatan ini. Terdiri atas 26 kecamatan, organisasi pemerintahan daerah (OPD), badan usaha milik daerah (BUMD), dan badan usaha swasta. “Ke-40 peserta menerjunkan lebih dari satu parade. Jadi, panjangnya sejauh 2 kilometer. Sedangkan kelompoknya ada 26 peserta,” ujarnya. Untuk hadiah, diberikan kepada masing-masing peserta, bukan per kelompok. “Jadi, kalau dari kelompok juara, maka pialanya ada tiga atau sebanyak peserta pada kelompok itu,” lanjutnya. Ada tradisi unik dalam kegiatan ini. Masyarakat berebut aneka hasil bumi dan kreasi yang dibawa para peserta. Pria wanita, tua muda “menjarah” buah-buahan, sayuran, kerajinan, serta aneka makanan ringan yang dibawa peserta. Banyak warga yang berharap berkah dari hasil bumi yang mereka dapatkan dalam kegiatan ini. Sepeti diakui Nurisman, warga Lemahsugih, yang sengaja datang bersama warga lainnya. “Saya selalu hadir setiap pawai Hari Jadi Majalengka. Banyak buah segar dan makanan yang saya dapatkan. Hasil penjarahan lalu dibawa untuk dibagikan bersama warga di kampung,” ujarnya. Akibat pawai akbar, arus lalu lintas di wilayah kota macet total. Selain Jl Siti Armilah, Jl KH Abdul Halim juga macet. Aparat Polantas Polres Majalengka pun mengalihkan jalur ke satu arah. Di akhir acara, panitia mengumumkan juara peserta karnaval. Perwakilan dari Kecamatan Majalengka dinyatakan dewan juri sebagai yang terbaik. Alasannya, selain banyak yang ambil bagian, juga karena memperlihatkan ide kreatif berupa rumah tidak layak huni (rutilahu) yang kini tengah menjadi program besar Pemkab Majalengka. “Simpel sekali. Mereka kompak dan sangat cerdas. Selain memberi pengetahuan, ide tersebut punya makna langsung kepada masyarakat,” kata dia usai penilaian. ADU PUKUL Hal menarik lainnya dalam kegiatan pawai pembangunan tahun ini adalah aksi adu pukul antara Bupati Majalengka, H Sutrisno SE MSi dengan Ketua DPRD Majalengka, H Surahman SPd selama hampir 5 menit. Aksi itu dilakukan keduanya di hadapan Wabup Karna Sobahi dan jajaran Muspida. Teriakan dan sorakan warga membuat aksi duel dua pimpinan daerah itu semakin memanas. Setiap bupati melancarakan pukulan menggunakan rotan ke arah kaki, dengan sigap Surahman menangkisnya. Meskipun beberapa pukulan bupati mendarat di kaki ketua DPRD hingga mengerang kesakitan. Ya, aksi tersebut bukan perkelahian sesungguhnya. Keduanya didaulat untuk memainkan kesenian tradisional Majalengka, Sampyong. Menurut Bupati Sutrisno, “pertarungan” tersebut bukan menggambarkan adanya perseteruan antara pemerintah dengan DPRD. Namun merupakan wujud kepedulian pemerintah dan DPRD terhadap seni tradisi Majalengka. Diakui, sebenarnya Majalengka memiliki potensi kesenian tradisonal yang cukup banyak, menarik, dan terpelihara dengan baik. Untuk itu, pihaknya akan terus berupaya menjaga dan melestariakannya sebagi salahsatu aset budaya dan kekayaan daerah. (mid/pai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: