Christine Lagarde, Bos Baru IMF
Langsung Ditantang Hadapi Krisis Yunani PARIS- Bos baru Dana Moneter Internasional (IMF) terpilih. Seperti diduga banyak kalangan sebelumnya, Christine Lagarde, menteri keuangan Prancis menduduki kursi yang ditinggalkan Dominique Strauss Khan, karena tersandung skandal seks. Lagarde menjadi direktur pelaksana atau managing director wanita pertama dalam sejarah berdirinya lembaga IMF. Perempuan 55 tahun tersebut terpilih Selasa (28/6) oleh 24 anggota Dewan Eksekutif IMF dan akan mulai bertugas pada 5 Juli. Dia mampu mengalahkan rival terdekatnya Gubernur Bank Sentral Meksiko Agustin Carstens. Lagarde langsung dihadapkan tugas berat agar bergerak cepat menyelamatkan krisis utang di Yunani. Dia juga diharapkan membuka pintu IMF untuk negara-negara miskin dan berkembang lainnya dan tidak mewarisi tradisi pendahulunya yang hanya fokus pada kepentingan Eropa. Eswar Prasad, mantan petinggi IMF menilai seiring upaya Yunani sendiri menyelesaikan krisis yang dihadapinya, IMF harus lebih tegas dalam aturan pendanaan dan memaksa Eropa menerima program restrukturisasi utang yang diajukan. “Tantangan terbesar Lagarde adalah mengelola upaya IMF dalam mengatasi kasus Yunani dan tidak menjadikannya lebih besar,” kata Prasad, yang kini menjadi peneliti senior Brookings Institution di Washington. Sejumlah media menanggapi sekaligus mengkritisi terpilihnya Lagarde. Sebagian memperingatkan Lagarde agar mampu memuaskan aspirasi negara berkembang yang ingin meningkatkan perannya di dalam IMF dan mulai menjauh dari kepentingan Eropa. Kanal keuangan Tiongkok berpengaruh, sina.com, menyatakan, prioritas tugas Lagerde adalah menyelesaikan krisis utang Yunani dengan mengombinasikan sumber daya yang dimiliki IMF dan Uni Eropa. Dari Jepang, harian Nikkei menulis, negara berkembang telah menjanjikan dukungan kepada Lagarde dengan syarat bahwa mereka diberikan pengaruh lebih besar dalam urusan IMF. Media juga mengapresiasi IMF yang memilih sosok kaum hawa sebagai pucuk pimpinan untuk kali pertama. Pada 2010, jumlah perempuan pekerja staf di IMF tercatat 45,5 persen dan 21,5 persen diantaranya bertugas di bidang manajerial. “Lebih dari kemenangan kaum perempuan, kemenangan Lagarde adalah kemenangan bagi Eropa atas negara-negara berkembang,” tulis Diario Economico, koran bisnis Portugal. Sikap skeptis serupa juga ditulis oleh Wall Street Journal. Dalam tajuknya menyatakan bahwa penunjukan Lagarde gagal memenuhi harapan banyak pemimpin negara yang berpikir bahwa momen kali ini adalah kesempatan bagi tokoh non Eropa menduduki jabatan tertinggi IMF. (cak/ami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: