Prabowo-Hatta Unggul di Medsos
*Dua Kubu Masih Andalkan Tweetbot, bukan Narasi JAKARTA - Sejak kampanye pemilu legislatif 9 April lalu, sosial media (sosmed) dianggap sebagai wadah yang paling efektif untuk berkampanye hingga melakukan kampanye hitam untuk menyerang lawan politik. Begitupula yang terjadi jelang pemilu presiden (pilpres) ini. Kedua kubu pasangan capres Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa juga memanfaatkan dunia maya. “Pasca pemilu legislatif hingga akhirnya kedua pasangan ini disahkan, mereka saling ‘berperang’ di berbagai media online dan sosmed. Ada yang saling berpromosi kebaikannya dan ada yang saling menjatuhkan. Dan wacana adu strategi di dunia maya itulah yang kini juga menjadi perhatian publik dalam menentukan capres pilihannya,” kata CEO Katapedia Indonesia Deddy Rahman dalam pemaparan ‘Elektabilitas Capres di Sosial Media’ di Jakarta, kemarin (5/6). Menurut Deddy, setelah resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Prabowo mendapatkan banyak sekali publikasi buruk di twitter, terlihat dari banyaknya tweet negatif tentang isu uang, isu pelanggaran HAM dan lainnya. Namun, memasuki minggu kedua, kata Deddy, Prabowo mulai mendapatkan isu positif seperti dukungan terkait dengan persoalan perhatian pada kekayaan nasional dan perjuangan untuk rakyat. “Hal ini meningkatkan sentimen positif, popularitas dan elektabilitas Prabowo. Terlebih lagi banyak muncul hashtag kampanye Prabowo-Hatta yang bermunculan yang membuat pencitraannya naik. Di antaranya hastag #PilihankuSatu, #PrabowoKita Semua, dan #SelamatkanIndonesia. Selain itu hashtag juga memperlihatkan dukungan dari partai koalisinya,” ungkap Deddy. Lalu dari kubu Jokowi, sesaat setelah pendaftaran di KPU, pasangan Jokowi-JK mendapat respons positif di twitter teruma untuk isu rupiah menguat, kebangkitan nasional, serta kesederhanaan Jokowi. Namun memasuki minggu kedua, meskipun sempat sedikit terangkat dengan dukungan Dahlan Iskan, ternyata popularitas pasangan ini makin menurun karena isu negatif seperti pencitraan blusukan, perang bintang, takut koalisi besar dan mendapat nomor urut dua. “Namun hashtag kampanye yang diusung kubu Jokowi-JK juga sama banyaknya, yakni #LaguJokowiJK, #JokowiAdalahKita, #SayaPilihJokowi, #MenolakLupa dan #TNIProJokowi,” terangnya. Pembicara lainnya, Brand Manager Katapedia, Andhika Dwi P menerangkan bahwa pada grafik elektabilitas kandidat yang berdasarkan data yang dimilikinya, pada pekan pertama elektabilitas pasangan Jokowi-JK sebesar 61,31 persen jauh unggul di atas pasangan Prabowo-Hatta yang hanya 38,69 persen. Namun setelah memasuki pekan kedua, keunggulan pasangan Jokowi-JK tereduksi menjadi hanya 51,76 persen dibanding Prabowo-Hatta 48,24 persen. “Melihat grafik eletabilitas Prabowo-Hatta yang terus naik, maka tim sukses Jokowi-JK harus mengambil inisiatif lebih serius,” saran Andhika. Kemudian, selama durasi pemantauan dari tanggal 2-4 Juni 2014, Katapedia mencatat pembicaraan tentang Jokowi-JK sebanyak 70.761, lebih banyak dari Prabowo-Hatta yang mencapai 65.936. “Namun jumlah orang yang membicarakan masih lebih banyak Prabowo-Hatta. Sehingga nilai efektifitas kampanye Prabowo-Hatta masih lebih unggul dari Jokowi-JK,” tukasnya. Namun sayangnya, lanjut Andhika, nilai efektifitas kampanye kedua kubu masih di bawah 50 persen. Orang-orang yang membicarakan kedua kubu masih sedikit, atau boleh dikatakan itu-itu saja orangnya. Pembicaraan masih kurang berkembang dan kurang menarik untuk dibicarakan banyak orang karena narasi yang dibangun masih lemah. “Data ini juga membuktikan bahwa sebagian perbincangan di sosmed masih didominasi oleh akun-akun berbayar, atau pasukan cyber. Dan bukan penguatan dari narasinya,” tandasnya menambahkan. (dil)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: