Geothermal Jangan Bikin Warga Resah

Geothermal  Jangan Bikin  Warga Resah

KUNINGAN – Menyikapi polemik geothermal, Ketua Komisi B DPRD, H Maman Wijaya meminta agar jangan membuat resah masyarakat atas ketidakpastian. Sehingga dalam waktu dekat pihaknya berniat untuk menghadap Ketua DPRD, Rana Suparman SSos supaya isu tersebut disikapi secara kelembagaan. Politisi asal PAN ini menegaskan, selaku warga Kuningan wajib untuk menghormati bahasa filsafat terdahulu yang mengamanatkan agar Gunung Ciremai dijaga dan dipelihara. Ciremai, menurutnya, merupakan ikon yang mengandung kearifan lokal serta bernilai tinggi. “Sehingga jangan gegabah dalam mengambil kebijakan tentang geothermal ini. Mesti ada tahapan yang harus dilalui diantaranya menyosialisasikan kepada masyarakat. Baik kepada representasinya yakni DPRD maupun kepada masyarakat secara langsung,” kata Maman. Secara kelembagaan DPRD, lanjut dia, persoalan itu harus matang dimusyawarahkan. Pihaknya yakin dari setiap fraksi yang ada memiliki argumen yang orientasinya untuk kemaslahatan rakyat. Kalaupun nanti berkesimpulan lebih banyak negatifnya, maka tidak ada salahnya untuk ramai-ramai menolak. “Kita di DPRD dalam mengambil keputusan harus melalui paripurna. Dan untuk menggelarnya tidak mudah, memerlukan tahapan-tahapan yang dilalui. Kita nanti bisa mendengarkan penjelasan dari pemberi izin, baik dari pusat, provinsi maupun dari PT Chevron itu sendiri,” tuturnya. Bahkan dalam pembahasan tersebut, bisa pula membentuk sebuah pansus agar kajian lebih mendalam. Dengan begitu, masyarakat Kuningan khususnya di lereng gunung tidak dibuat resah dan bingung atas rencana megaproyek geothermal tersebut. Ditanya soal keputusan pimpinan dewan yang berisi penolakan, Maman balik bertanya mengenai keberadaan dari berita acaranya. Bicara kelembagaan DPRD, patut dipertanyakan apakah itu keputusan pribadi atau keputusan lembaga. Sebab untuk menuju keputusan kelembagaan, mesti melalui tahapan sampai ke paripurna. “Jujur saja kini masyarakat lereng gunung resah. Mereka belum merasa tenang menyikapi isu bedol desa dan lain-lainnya. Nah, tugas kita semua sebagai unsure pemerintahan untuk membuat mereka tenang. Mereka adalah manusia yang harus kita manusiakan,” ungkap wakil rakyat asal dapil 5 itu. Menanggapi pernyataan Wabup H Acep Purnama MH beberapa hari lalu, diakui Maman, ada benarnya. Terutama soal ketidaktahuan orang nomor dua di kota kuda itu terhadap penolakan DPRD. Karena memang belum menempuh proses yang sebenarnya di lembaga legislatif. Ini juga berlaku pada eksekutif yang juga dinilai Maman belum menempuh proses seharusnya. “Ada salahnya juga. Eksekutif mestinya cepat dong antisipasi, sikapi secara sigap. Jangan terus membuat resah masyarakat, mereka demo ke sana kemari. Untung masih aman, kalau ternyata nanti terjadi malapetaka akibat ketidaksigapan kan repot,” kata Maman. Kepada masyarakat lereng gunung yang merasa seolah-olah Gunung Ciremai akan menjadi kuburan bagi mereka, pihaknya meminta agar tenang. Dalam waktu dekat, pihaknya selaku ketua komisi B akan menghadap ketua dewan dan pimpinan lain untuk membicarakan hal ini. Pihaknya ingin keputusan dewan menjadi keputusan lembaga. “Pimpinan dewan perlu menjadwalkan perencanaan pembahasan terhadap masalah ini sehingga menjurus pada penyelesaian kemasalahatan masyarakat,” ucapnya. Jika sudah terjadwalkan, nanti semua hal yang berkaitan dengan geothermal bisa terkuak. Luasnya WKP (wilayah kerja pertambangan) yang mencapai 24 ribu hektare pun dapat ditanyakan kepada para pihak terkait, termasuk Badan Pertanahan Nasional dan bagian yang menangani pertanahan dari eksekutif. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: