Petani Garam Pilih Menunda Produksi

Petani Garam Pilih Menunda Produksi

KANDANGHAUR - Hujan yang sering terjadi pada musim kemarau, membuat petani garam terpaksa menunda produksi. Pasalnya, hujan yang turun dalam beberapa minggu terakhir menghambat kelancaran produksi. Memasuki musim kemarau, seperti biasa petani garam sudah siap-siap menggarap lahannya. Sebagian besar petani saat ini memperbaiki kincir angin untuk mengolah air laut. Rokhmat, petani garam Desa Karanganyar Kecamatan Kandanghaur mengatakan, cuaca panas sangat menunjang kelancaran produksi garam. Namun dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi perubahan (anomali) cuaca. “Sering ada hujan, petani kini menghentikan sementara kegiatannya. Karena hujan berpengaruh pada produksi garam. Jika kondisi cuacanya panas atau sudah tidak ada hujan lagi, petani baru melanjutkan kembali,” ujar Rokhmat, Senin (30/6). Dikatakannya, jika cuaca mendukung dan tidak ada hujan, selama enam bulan produksi garam akan lancar. “Biasanya memasuki bulan Mei sudah kemarau hingga bulan Oktober. Selama enam bulan tersebut petani mengoptimalkan produksinya,” imbuhnya. Tarwin, petani garam lainnya mengatakan, berhentinya produksi selain disebabkan karena faktor cuaca juga diantara petani mengeluarkan simpanan garamnya untuk dijual. Garam simpanan itu dijual untuk selanjutnya diganti dengan garam yang baru dari hasil produks. “Tidak itu saja, dijualnya garam juga karena harganya lagi naik. Saat ini garam dari petani harganya antara Rp600 hingga Rp700 per kilogram. Sebelumnya harga garam Rp500 per kilo, bahkan setahun yang lalu harganya anjlok sampai Rp300 per kilogram. (kom)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: