Giliran Jalur Alternatif Macet

Giliran Jalur Alternatif Macet

Warga Lokal Mulai Masuk Dalam Kota RAJAGALUH – Memasuki hari ke-26 Ramadan, giliran jalur tengah Majalengka-Rajagaluh-Sindangwangi yang mengalami lonjakan kendaraan pemudik mencapai 50 persen. Bahkan saat kepadatan mencapai puncaknya sekitar pukul 17.00, jalur tersebut mengalami kemacetan mencapai 3 kilometer dari arah barat. Antrean panjang kendaraan hingga Kampung Bojong. Kapolres Majalengka, AKBP Lena Suhayati SIK didamping Kapolsek Rajagaluh, AKP Sumardi membenarkan adanya lonjakan kendaraan pemudik memasuki H-3. Kepadatan akan terus terjadi hingga H-1. “Saya perkirakan justru lonjakan penumpang akan terjadi pada hari Sabtu dan Minggu yang merupakan hari  libur,” ujar Sumardi kepada Radar, kemarin (26/8). Bambang Sutejo, mantan kasi Trantib Kecamatan Cindangwangi yang ikut melakukan pengamanan Lebaran di Pospam Rajagaluh mengatakan, di ruas jalan Rajagaluh-Cirebon yang merupakan jalur alternatif  yang banyak dimanfaatkan para pemudik. Didominasi kendaraan pribadi dan sepeda motor. Jalur ini dipilih, selain jalannya tergolong lebih bagus, juga lebih sejuk karena sepanjang jalan hingga ke Cirebon di kanan-kiri jalan banyak pepohonan. Berdasarkan penghitungan secara random, kata dia, dalam 1 menit rata-rata terdapat 30 kendaraan roda dua dan 15 kendaraan roda empat yang melintas. “Jumlah kendaraan pemudik sudah mulai rapat, sehingga kerap terjadi kemacetan, terutama saat sore hari menjelang datangnya waktu berbuka,” jelasnya. MASUK KOTA Pantauan di kawasan kota, para pemudik tampak sudah mulai melintasi di jalur dalam Kota Majalengka. Terbukti dengan melintasnya beberapa kendaraan bernomor polisi luar kota di jalur protokol. Pantauan Radar sejak pukul 08.30 hingga 11.30 di Jl Siliwangi (Kadipaten-Munjul) dan Jl KH Abdul Halim (Munjul-Cigasong), volume kendaraan secara umum yang melintas memang masih tampak normal seperti biasa. Namun bila diamati dengan detil, laju kendaraan dari arah Kadipaten-Mnjul-Cigasong terdapat beberapa kendaraan yang tampak asing, baik mobil maupun motor. Kuantitas kendaraan pemudik yang melintas dalam satu menit terpantau rata-rata 5 hingga 10 kendaraan untuk sepeda motor. Sedangkan untuk mobil pribadi pemudik rata-rata 2 hingga 4 mobil per menit. Kendaraan-kendaraan tersebut berplat nomor polisi B, D, T, A, dan F. Bahkan sesekali didapati plat nomor kendaraan asal Sumatera di antaranya BE dan BG. Pengamatan di bundaran Cigasong, arus pemudik terbagi dua arah, yakni ke arah Rajagaluh-Sumber dan Talaga-Cikijing. Di bebarapa titik pem­berhentian, di antaranya di depan lapangan GGM dan bundaran Munjul mendapati sebagian besar kendaraan yang melintasi di dalam kota merupakan pemudik dengan tujuan sejumlah daerah di Kabupaten Majalengka. Salah satunya Junaedi, pemudik asal Bekasi yang mudik ke Rajagaluh. Dia mengaku sengaja mengambil arah dalam Kota Majalengka karena dinilai sebagai akses paling singkat menuju arah kampung halamannya. “Kalo dari Bekasi cepetnya lewat Subang terus ke jalur Cikamurang. Tembus di Kadipaten saya ambil jalur Majalengka,” ujar pengendara sepeda motor bernomor polisi B ini saat ditemui di warung kaki lima depan lapangan GGM. Menurutnya, biasanya orang Rajagaluh yang merantau di Bekasi bila pulang kampung lebih senang memakai angkutan minibus jurusan Rajagaluh-Cikaran. Tetapi, karena takut tidak kebagian angkutan, setiap musim mudik perantau dengan tujuan Majalengka di bekasi memilih melakukan konvoi 4 hingga 5 sepeda motor. Alasannya lebih nyaman daripada berdesakan di angkutan umum. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: