Pasien Ebola Pertama AS Temui Ajal
Amerika dan Eropa Sama-sama Karantina Lima Orang DALLAS - Setelah kritis selama beberapa hari, pasien ebola pertama Amerika Serikat (AS) akhirnya meninggal. Kematian Thomas Eric Duncan itu memantik keresahan masyarakat. Sebab, selama ini, dia menjalani perawatan isolasi bukan di rumah sakit yang khusus ditunjuk pemerintah untuk menangani para penderita ebola. Selain Duncan, saat ini ada lima pasien ebola yang menjalani perawatan isolasi di Negeri Paman Sam. Tetapi, hanya pria asal Liberia itu yang menjalani opname di Texas Health Presbyterian Hospital. Sebab, lima pasien lain masuk rumah sakit setelah terdeteksi mengidap ebola, sedangkan Duncan masuk rumah sakit atas inisiatif sendiri. “Dia meninggal meski para petugas kesehatan sudah berupaya maksimal,’ kata Tom Frieden, direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDCP), kepada media kemarin (9/10). Menurut dia, waktu menjadi hal yang paling penting dalam penanganan pasien ebola. Semakin cepat seseorang terdeteksi ebola, semakin efektif pula perawatannya. Peluang untuk sembuh pun lebih terbuka. Dalam kasus Duncan, Texas Health Presbyterian Hospital menuai kecaman. Sebab, rumah sakit tersebut kurang teliti memeriksa saat kali pertama lelaki 42 tahun itu mengeluh sakit. Pihak rumah sakit hanya melakukan pemeriksaan standar di ruang gawat darurat dan menyuruh Duncan pulang. Tiga hari kemudian, kondisi Duncan semakin parah. Dia kembali ke rumah sakit dengan ambulans. Mulai 28 September, dia resmi menghuni ruang isolasi rumah sakit itu. Pada hari-hari terakhir, sebenarnya Duncan sedang menjalani terapi obat. Tim dokter di rumah sakit tersebut memberikan antivirus yang mereka duga bisa melemahkan virus ebola. Namun, kondisi Duncan yang terus memburuk membuat tim dokter pesimistis. Mereka tidak yakin pasien akan selamat. Sementara itu, kondisi Teresa Romero Ramos, perawat yang menjadi pasien ebola pertama Eropa, masih stabil. Kemarin German Ramirez mengungkap fakta yang bisa menjadi titik terang dalam kasus Ramos. Dokter yang bertugas di Rumah Sakit La Paz-Carlos III itu menyatakan, Ramos tertular virus mematikan tersebut saat menanggalkan baju pelindungnya. Kasus Duncan dan Ramos membuat pemerintah AS dan Spanyol sigap. Mulai Sabtu besok (11/10), AS memasang pemindai temperatur tubuh di lima bandara besar. Pemindai yang mampu mendeteksi suhu tanpa harus menyentuh tubuh subjeknya itu segera terpasang di Bandara Internasional JFK di Kota New York. Selanjutnya, piranti yang sama dipasang di Washington Dulles, Atlanta, Chicago, dan Newark. (AP/AFP/hep/c23/ami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: