Sungai Cipager Berubah Jadi TPA

Sungai Cipager Berubah Jadi TPA

Kesadaran Masyarakat Rendah, Buang Sampah di Sungai PLERED– Rendahnya ke­sa­d­a­ran masyarakat akan ke­bersi­han lingkungan, menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Khususnya, kesadaran pengelolaan limbah rumah tangga. Tanpa pikir panjang, masyarakat seenaknya membuang sampah di daerah aliran sungai (DAS). Kondisi ini membuat Sungai Cipagar terlihat seperti tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Sungai yang bermuara di Kecamatan Gunung Jati ini sudah tertutup oleh tumpukan sampah rumah tangga, sampah tersebut didominasi oleh plastik yang secara kimiawi sukar untuk diuraikan. Berdasarkan pantuan Radar, permukaan sungai tampak tidak terlihat air, yang ada ratusan kubik sampah yang dibawa arus air dari wilayah hulu dan tertahan di bendungan yang berada di Desa Panambahan tersebut. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada tersendatnya aliran air sungai tersebut. Namun, menjadi media tumbuh dan berkembangnya kuman dan bakteri yang membawa penyakit. “Bau air sungai sangat menyegat sekali,” ujar Fikri (34) warga Desa Panambahan yang rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari bibir Sungai Cipager, kepada Radar, kemarin. Selain menimbulkan bau yang tak sedap, air sungai tampak berwarga coklat gelap. Hal ini tentu karena sudah tercemar oleh limbah rumah tangga dan limbah lainnya yang berbentuk cair. “Lihat kondisi seperti itu, air sungai tidak bisa digunakan untuk apa-apa,” imbuhnya. Sepengetahuannya, pember­sihan sungai terakhir dilakukan sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Tapi, tidak lama, sampah kembali menumpuk mengingat kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai baha­ya­nya membuang sampah di sungai. “Pembersihan hanya dise­ki­tar tanggul ini saja,” ucapnya. Diakui memang rendahnya kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah, tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dengan gencarnya sosialisasi dan pembuatan tempat pembuangan sampah di sekitar pemukiman penduduk. Sehingga, agar sampah itu tidak menggunung di sekitar pemukiman, akhirnya mereka putuskan untuk membuangnya ke sungai, dengan harapan akan terbawa oleh arus sungai menuju laut. “Tidak ada tempat pembuangan sampah didekat rumah, padatnya pembangunan tidak menyisakan lahan kosong sebagai tempat menampung sampah rumah tangga,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Bidang Kebersihan Dan Pertamanan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Cirebon, Kholidin menerangkan, persoalan sampah di sungai bukan hanya Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) saja yang mempunyai kepentingan. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (DPSDAP), Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan lembaga lainnya harus bersinergis untuk mengatasi persoalan ini. “Kalau untuk mengangkut sampah, armada kami siap,” terangnya. Terkait kurangnya tempat pembuangan akhir sampah di wilayah sekitar bantaran Sungai Cipager, pihaknya menjelaskan bahwa setiap desa pasti mempunyai tempat pembuangan sementara (TPS) dan secara berkala armada sampah berkunjung untuk mengangkut. “Mungkin, mereka lebih pra­k­­tis membuang sampah disu­ngai ketimbang ke tempat pem­­buangan sampah yang su­dah dise­­diakan,” pungkasnya. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: