Hujan Siklus Kemarau Basah

Hujan Siklus Kemarau Basah

Masih Ada Angin Kencang yang Membuyarkan Awan Pembawa Air Hujan MAJALENGKA – Hujan yang mulai mengguyur sejumlah kawasan di Kabupaten Majalengka dan sekitarnya pada medio Oktober ini, belum dapat dipastikan jika musim penghujan mulai intens terjadi. Pasalnya, berdasarkan alat pengukur curah hujan belum tinggi. Seperti yang diutarakan Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Gefisika (BMKG) Kelas III Jatiwangi Mas Pujiono melalui petugas forecaster Bayu Satya Aji. Siklus musim di kawasan Majalengka dan sekitarnya dalam kurun waktu 35 tahun terakhir menunjukkan jika musim penghujan biasanya mulai datang pada akhir Oktober. “Dari data catatan siklus musim, biasanya musim hujan datang di penghujung bulan Oktober atau awal bulan November. Kalaupun sekarang sudah turun hujan belum bisa dipastikan apakah itu seiringan dengan datangnya musim penghujan, atau hanya siklus kemarau basah,” tuturnya. Ia menjelaskan, kategori musim penghujan biasanya diidentifikasi dengan turunnya hujan secara intens setiap hari, dengan curah hujan yang terpantau di alat pengukur curah hujan minimal berada di angka 100 milimeter ke atas. Faktanya, saat ini alat pengukur curah hujan yang berada di stasiun BMKG Kelas III Jatiwangi, belum menunjukkan catatan curah hujan yang tinggi, karena turunnya hujan mesti berlangsung secara intens terus menerus hampir setiap hari untuk menunjukkan angka curah hujan di atas 100 milimeter. Data di alat pengukur hujan stasiun BMKG Jatiwangi menunjukkan jika curah hujan selama dua hari terakhir ini masih di bawah 50 milimeter per dasarian (1 dasarian = 10 hari). Oleh sebab itu, diiperkirakan awal musim penghujan terjadi di awal November untuk wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka bagian tengah dan utara. Sedangkan, untuk wilayah Kuningan dan Majalengka bagian selatan, diperkirakan awal musim hujan terjadi pada akhir Oktober atau mungkin bisa sampai awal November. “Namun untuk saat ini lebih dikatakan musim peralihan dari kemarau ke hujan di mana kadang panas dan kadang hujan. Karena turunnya hujan belum intens terjadi setiap hari dan dengan curah yang belum tinggi,” ujar Bayu, petugas forecaster BMKG stasiun Jatiwangi. Di samping itu, kata dia, saat ini potensi gumpalan awan yang mengandung air hujan tidak akan terbentuk sempurna apabila masih ada hembusan angin kencang. Sehingga bisa cepat buyar sebelum uap air yang naik ke atas tersebut terbentuk menjadi gumpalan awan pembawa air hujan. Bayu menuturkan, gumpalan awan pembentuk air hujan sebetulnya sudah mulai terlihat pada awal-awal Oktober lalu. Namun, karena berat jenisnya belum berbobot maksimal, maka awan-awan yang mengandung uap air tersebut lenyap dengan sendirinya. Ditambah lagi, pada pekan kedua di bulan Oktober 2014 ini, terjadi angin kencang baik itu di angin permukaan maupun angin atas yang merupakan dampak dari tropical siclon tekanan udara rendah di daerah Filipina, sehingga menjadikan uap air yang belum maksimal bergumpal menjadi awan pembentuk hujan, buyar tertiup angin yang kencang. Barulah pada pekan-pekan ini, pihaknya mengamati jika kumpulan uap air yang menggumpal menjadi awan hujan tersebut terbentuk sempurna, plus hembusan angin atas yang normal sehingga tidak mengganggu pembentukan awan hujan. “Yang jelas, siklus musim antara tahun 1978 hingga 2012, musim hujan selalu datang antara akhir bulan Oktober atau awal bulan November. Dan puncak tinggi-tingginya curah hujan adalah per awal tahun,” tuturnya. Sementara itu, pada sejumlah kawasan di Kabupaten Majalengka, hujan diketahui sudah mengguyur sejak hari Sabtu (11/10) atau Minggu (12/10). Turunnya hujan, sudah terjadi hampir setiap hari antara sore hingga malam hari. Sebarannya pun cukup merata, baik itu di kawasan dataran tinggi maupun dataran rendah. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: