Larangan Enam Bulan Sepak Bola di Solo

Larangan Enam Bulan Sepak Bola di Solo

JAKARTA – Kematian suporter kembali terjadi di sepak bola Indonesia. Dua pemuda di Jawa Tengah jadi korban dalam tempo tak sampai satu bulan. Setelah fans PSGC Ciamis jadi korban di Sleman, Rabu (22/10) lalu, giliran fans Persis meninggal dunia. Hingga kini, belum dibeberkan ke media massa apa penyebab utama meninggalnya Joko Riyanto alias Precil (39). Menurut informasi yang terhimpun, ada dua penyebab, yaitu Joko meninggal karena ditusuk benda tajam dan meninggal karena tertembus peluru. Terkait ini, laporan Polisi terkait kejadian tersebut dinilai janggal. Menindaklanjuti kematian suporter ini, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menetapakan sanksi tegas. Solo, sebagai tempat terjadinya kerusuhan usai pertandingan antara Persis dan Martapura FC itu, dilarang mengadakan kegiatan sepak bola selama enam bulan. Bahkan, pertandingan timnas sekali pun dilarang digelar di Solo. “Kami (Komdis PSSI) telah memutuskan untuk Solo. Kami putuskan di Solo, mulai hari ini hingga enam bulan ke depan tidak ada aktivitas sepak bola di sana. Kami meminta seluruh stekholder sepak bola di Solo untuk introspeksi,” ucap Ketua Komdis PSSI, Hinca Pandjaitan, kemarin. Hinca menambahkan, hukuman ini masih bisa bertambah seiring hasil investigasi terjadinya kerusuhan yang menimpa korban tersebut. “Kami akan lihat perkembangannya. Sanksi masih bisa bertambah. Kami minta pada PSSI bahwa kegiatan sepak bola tidak boleh itu di Solo, mau timnas atau apa pun,” terangnya. Dalam pandangan Hinca, kasus kematian kali ini masih ada kaitannya dengan kematian pendukung PSGC beberapa waktu lalu. Motifnya, menurut Hinca, hampir sama. Dalam laga tersebut, sama sekali tidak ada suporter lawan, yaitu Martapura FC. Dengan kata lain, kematian kali ini bukan karena kerusuhan antarsuporter. “Perkembangan di Solo masih ada perkembangannya dan ada benang merahnya dengan yang di Sleman,” tegas Hinca. “Saya tidak tahu dan belum tahu ada peluru atau tidak. Biarkan ini menjadi hak kepolisian,” sambung Hinca lagi. Tekait ini, fans Persis Solo yang menamakan diri Pasoepati, meminta pihak kepolisian untuk transparan dalam proses investigasi. Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferachtriawan, meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini. Pasoepati tak ingin pihak kepolisian menutup-nutupi sedikit pun hasil investigasi kejadian tersebut. “Saat ini siapa pelakunya kan belum jelas. Korban meninggalnya karena apa kan juga masih simpang siur. Saat itu, korban juga menggenakan seragam Persis dan tidak ada suporter lawan. Jadi aneh kalau korban tewas akibat bentrokan dengan sesama pendukung Persis,” jelas Ginda kepada wartawan di Solo. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: