Keraton Kasepuhan Cuci Pusaka
LEMAHWUNGKUK- Sebagai pelestarian tradisi, keris dan benda pusaka di Keraton Kasepuhan dicuci, Minggu (26/10). Pencucian keris dan benda pusaka dilakukan satu tahun sekali, tepatnya pada bulan Muharam. Lurah Keraton Kasepuhan, Mohamad Maskun, mengatakan pencucian keris dan benda pusaka yang ada di museum benda pusaka Keraton Kasepuhan tidak dimaksudkan untuk menyembah atau mengagungkannya, namun lebih kepada perawatan atas fisik benda bernilai sejarah tersebut. \"Sekaligus melestarikan budaya atau cara tradisional dalam proses perawatan itu sendiri. Jadi, suatu benda kuno menjadi pusaka bukan karena kekuatan supranaturalnya saja, tapi karena benda tersebut adalah peninggalan nenek moyang yang menjadi bukti sejarah, pencapaian dan kejayaan budaya bangsa kita di masa lalu dan menjadi suatu kebanggaan bangsa di masa kini,\" ujarnya. Maskun menjelaskan, keris dan benda pusaka sebagai bukti sejarah tersebut patut dan wajib dilestarikan agar tidak kehilangan akar sejarah dan budaya. \"Itulah yang dimaksud sebagai makna pusaka dalam konteks intelektual,\" sambungnya. Proses pencucian itu dimulai dengan merendam keris dan benda pusaka ke dalam air kelapa. Dijelaskan, air kelapa bersifat asam lemah dan bermanfaat untuk melepaskan kotoran, kerak, dan mempermudah lepasnya karat yang terbentuk dipermukaan keris. \"Karena sifat asamnya yang lemah diperlukan perendaman agar betul-betul meresap dan dapat melepaskan kotoran terutama yang terdapat di pori-pori logam,\" jelasnya. Setelah direndam, benda pusaka itu digosok permukaannya dengan dengan sabun dan irisan jeruk nipis sampai bersih atau putih mengkilap. Proses ini bertujuan untuk membersihkan keris dari karat. Setelah itu, keris dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari. Kemudian, setelah kering, keris dicuci dengan air dari sumur-sumur yang ada di Keraton Kasepuhan seperti sumur kejayaan, sumur kemandungan, dan sumur pitu. \"Lalu dikeringkan lagi dan proses terakhir diolesi dengan minyak wangi. Ada empat jenis wewangian yakni minyak cendana, misik putih, melati, dan mawar. Setelah itu keris dan benda pusaka disimpan kembali ke tempatnya,\" jelasnya. Selain mempertahankan tradisi yang masih ada, kegiatan cuci keris dan benda pusaka itu juga sekaligus menunjukkan eksistensi budaya Cirebon yang hidup di sekitar Keraton Kasepuhan. (mik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: