Nelayan Enggan Melaut

Nelayan Enggan Melaut

INDRAMAYU – Gelombang tinggi yang melanda perairan Indramayu dan sekitarnya dalam dua pekan terakhir, membuat ribuan nelayan tradisional sulit untuk melaut. Mereka akhirnya memilih untuk menyandarkan kapal mereka di pantai. “Memang dalam dua pekan terakhir ketinggian gelombang mencapai sekitar tiga meter, sehingga nelayan khawatir saat melaut,” ujar Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT) Indramayu, Kajidin. Kajidin mengungkapkan, gelombang laut yang ting­gi sangat mengancam kese­lamatan para nelayan. Pasalnya, kapal kecil milik mereka bisa terbalik karena tak kuat menahan gelombang setinggi itu. Akibatnya para nelayan akhirnya lebih memilih untuk tidak melaut. Kalaupun ada yang nekat melaut karena terdesak kebutuhan ekonomi, mereka hanya dapat melaut di pinggir perairan dengan hasil tangkapan minim. “Bagi yang terdesak kebutu­han biasanya suka curi-curi waktu, saat lihat cuaca cerah mereka berangkat. Tapi saat baru sebentar di perairan, gelombang tinggi tiba-tiba datang hingga mereka terpaksa balik lagi,” ujar Kajidin. Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para nelayan tradisional terpaksa berutang kepada juragan kapal maupun pemilik warung. Utang tersebut biasanya baru akan mereka bayar setelah kembali melaut. Yang menarik, ada juga nelayan yang banting setir jadi tukang odong-odong atau tukang becak. Tak hanya itu, mereka juga menggantungkan hidup dari penghasilan istrinya yang berjualan. Seorang nelayan asal De­sa Singaraja Kecamatan Indra­mayu, Khaerudin, mengaku lebih memilih mengisi wak­tunya untuk memperbaiki jaring daripada melaut. Pasalnya, gelombang setinggi tiga meter di perairan dapat membuat perahunya terbalik. “Saya memilih untuk tidak melaut karena gelombang tinggi. Lebih baik melakukan perbaikan jarring di rumah,” kata Khaerudin. Sementara itu Kepala Ke­lompok Keselamatan Pela­­yaran Kantor Unit Pe­nyelenggara Pelabuhan Kelas III Indra­mayu, Ko­ko Sudeswara meng­ung­kapkan, angin musim barat saat ini memang mulai mempengaruhi perairan Laut Jawa. Para nelayan, terutama yang menggunakan perahu kecil, diminta mewaspadai gelombang tinggi akibat tiupan angin tersebut. “Angin musim barat biasanya bertiup  mulai Oktober sampai Maret, dan untuk saat ini kon­disi terkadang tidak menentu,” ujar Koko. Koko menyebutkan, kecepa­tan angin saat ini berada di kisaran 15-25 knot per jam di siang hari. Adapun pada malam hari, kecepatan angin bisa  meningkat antara 20-35 knot per jam. Menurut Koko, gelombang laut pada musim angin barat bisa mencapai ketinggian antara dua sampai tiga meter. Kondisi tersebut, harus diwaspadai nelayan yang memakai perahu kurang dari 30 GT. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: