Isu Kenaikan BBM Disikapi Bijak

Isu Kenaikan BBM Disikapi Bijak

MAJALENGKA - Wacana mengenai rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terus menggelinding selama sepekan terakhir ini. Hal ini, jelas membuat masyarakat harap-harap cemas tentang jadi atau tidaknya harga BBM bersubsidi dinaikkan. Namun, sampai menjelang pergantian bulan Oktober ke November, belum ada tanda-tanda kepastian jika harga komoditi sentral bagi segala sektor kehidupan perekonomian ini bakal naik. Meski baru sebatas wacana yang belum jelas realisasinya, tetap saja hal ini berdampak pada kegalauan sistemik di kalangan masyarakat. Pengamat sosial Gunawan Bahtiar mengungkapkan, jika kegundahan ini berawal dari isu yang belum jelas, ditampilkan secara terus menerus sehingga warga yang menyaksikan tayangan tersebut cukup was-was. Beruntung, terus gencarnya wacana rencana kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut, sejauh ini belum menimbulkan kepanikan masal yang berimbas pada melejitnya kenaikan harga-harga kebutuhan sembako dan bahan pokok lainnya. Bahkan, dia memandang jika kepanikan pun belum terjadi di lokasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), yang tampak aliran pembelinya masih cukup normal dan belum ada antrean pembeli yang panjang seperti yang terjadi pada fenomena rencana kenaikan harga BBM bersubsidi di tahun-tahun sebelumnya. “Menanggapi wacana kenaikan harga BBM ini, warga sudah pasti resah. Tapi sepertinya warga sekarang lebih pintar dan bijak dalam mengolah isu. Tidak terpancing kepanikan yang justru membuat ikut naiknya harga kebutuhan sembako pra kenaikan harga BBM,” jelasnya, kepada Radar, Jumat (31/10). Berbeda dengan proses kenaikan harga BBM di tahun-tahun sebelumnya, di mana pra kenaikan pun, telah terjadi kepanikan masal. Ratusan bahkan ribuan orang rela antre belasan jam untuk membeli BBM dengan harga lama, yang berujung pada naiknya harga-harga komoditi kebutuhan pokok lainnya. “Kalau sekarang, masyarakat sudah banyak belajar dari pengalaman. Contohnya beberapa bulan lalu, kita dibuat panik dengan pembatasan penjualan BBM bersubidi. Mungkin dari situlah masyarakat mengambil sikap bahwa lebih baik harga BBM bersubsidi naik sedikit tapi pasti pelaksanaannya, ketimbang tidak pasti naiknya tapi stoknya langka,” jelasnya. Sementara itu, pengendara angkutan umum pun tidak khawatir dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi ini. Ayi, salah satu sopir angkot mengaku lebih setuju harga BBM bersubsidi naik ketimbang stok BBM bersubsidi langka di pasaran. “Kalau mau naik, ya silakan saja, asalkan bisa kita beli dengan mudah di SPBU. Soal tarif sih, sudah pasti akan dilakukan penyesuian. Tapi, yaang lebih baik lagi harganya tetap, tapi stoknya terus normal dan mudah didapat di setiap SPBU,” ucapnya. Pantauan wartawan koran ini pada sejumlah SPBU di Kabupaten Majalengka dalam beberapa hari terakhir ini, memang kondisinya masih normal dan belum terjadi antrean panjang pembeli BBM, walaupun wacana rencana kenaikan BBM bersubsidi ini sudah menggelinding sejak sepekan terakhir. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: