Potensi Alam yang Terus Terpendam

Potensi Alam yang Terus Terpendam

Apa Kabar Bukit Azimut? BUKIT Azimut yang berada di Desa Waled Desa Kecamatan Waled ini sudah lama memendam berbagai potensi baik wisata maupun alamnya. Panorama bukit yang indah, tiba-tiba sirna begitu saja saat bukit ini areal pertambangan galian tipe c. Tatkala galian telah berakhir, ternyata Bukit Azimut belum tersentuh juga. Rencana Pemerintah Kabupaten Cirebon mengoptimalkan potensi kawasan ini ternyata sekadar wacana. Hingga kini realisasinya tidak jelas. Bukit Azimut atau yang masyarakat di timur Cirebon mengenalnya dengan sebutan bukit Maneungteung memang terkesan dibiarkan. Bahkan, bukit ini seringkali dijadikan arena melampiaskan syahwat para pasangan mesum. Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra MM saat melakukan pembukaan wisata alam Azimut, Minggu (2/11) mengatakan, pihaknya mengakui bahwa bukit Azimut ini kaya akan potensi alam. Menurut dia, Kabupaten Cirebon mempunyai potensi-potensi yang sangat banyak. Bukit Azimut ini sangat potensial. “Kita akan kembangkan ke depan untuk wisata alam dahulu,” ujar Sunjaya. Sunjaya mengatakan, Pemkab Cirebon siap mendukung Azimut ini menjadi kawasan wisata alam. Termasuk untuk penanaman pohon agar Bukit Azimut lebih hijau. Sayangnya, pengembangan wisata Azimut bukan tanpa kendala. Ada persoalan kepemilikan lahan. “Tentu saja kita harus melihat tanah ini statusnya seperti apa. Apakah tanah ini milik pemerintah daerah apa sudah milik masyarakat. Kalau milik masyarakat tentunya harus ada komunikasi pemerintah kabupaten dengan masyarakat. Jangan sampai pemerintah daerah menanam pohon untuk kegiatan-kegiatan disini, namun masyarakat sendiri tidak setuju. Ini jugakan perlu dikomunikasikan kepada masyarakat,” bebernya. Secara khusus, Sunjaya menugaskan Camat Waled untuk mendata status tanah di kawasan itu. Dari hasil pendataan sementara, diketahui beberapa bidang tanah memang milik Perhutani. Kemudian, ada juga milik warga dan milik pemkab. Bila benar milik perhutani, Sunjaya yakin, prosesnya akan lebih mudah. Pemkab akan menawarkan diri menjadi pengelolanya. Kemudian, pemkab tak akan sendiri dalam proses ini. Ada upaya untuk mendatangkan investor yang membantu pembiayaannya. “Kita selaku pemerintah daerah mencoba mengundang investor akan tertarik untuk datang dan menanamkan modalnya di sini,” ucap dia. Tak hanya itu, sebagai landmark Sunjaya berjanji akan memperbaiki Monumen Perjuangan Maneungteung. Monumen yang kondisinya tidak terawat menjadi korban vandalisme pihak yang tidak bertanggungjawab, akan ditata sedemikian rupa. Penataan juga meliputi pembangunan pagar, sebab kondisi sekarang ini sangat rawan. Di monumen yang berada di ketinggian itu, wisatawan bisa saja jatuh bila tidak berhati-hati. Camat Waled, Abdulatif mengatakan, Bukit Azimut sebenarnya kaya akan potensi wisata. Sayangnya, potensi wisata alam ini terlalu lama terpendam. Secara alami di Azimut terdapat banyak sekali jenis-jenis tanaman yang bisa dijadikan daya tarik agrowisata. Kemudian, Azimut juga bisa dijadikan lokasi bumi perkemahan. Banyak lahan yang tersedia untuk mendukung aktivitas ini. Tinggal pemerintah membantu untuk sarana dan prasarana pendukungnya saja. Tak hanya itu, Azimut juga punya dasar sejarah yang sangat kuat. Di lokasi itu ada makam tua yang prasastinya bertuliskan huruf tiongkok. Bila sejarah makam ini diungkap, tentu akan menjadi menarik. Belum lagi wisata lain seperti, lintas alam, out bond, wisata air saluran air Maneungteung dan wisata ilmiah atau istilahnya kebun pendidikan. “Bukit Azimut ini keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Banyak jenis-jenis tanaman yang terkadang kita juga jarang jumpai, seperti tanaman manoa itu bisa kembangkan untuk dijadikan wisata ilmiah,” katanya. Terkait instruksi bupati untuk pendataan lahan, Abdul mengungkapkan, sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan. Sebab, sebagian besar tanah di kawasan itu merupakan titisara Waled Desa dan Waled Asem. Memang, ada beberapa punya warga, tapi itupun hanya sedikit. Malah warga yang punya lahan mempersilahkan bila pemkab ingin membangun. “Ke depannya bagi masyarakat yang punya lahan ini saya sarankan kepada para kuwu untuk membuat kesepakatan. Yang jelas, ini supaya tidak ada masalah untuk pengembangan kawasan Azimut,” tuturnya. Abdul menargetkan, dalam sepuluh tahun mendatang, rintisan berbagai upaya memaksimalkan potensi yang dimimilik Azimut akan terlihat hasilnya. Untuk mendatangkan masyarakat ke Azimut, pemcam melaksanakankan senam masal di kawasan itu. Kemudian, pihaknya juga mulai membuka wisata alam dan out bond bersama para siswa-siswa dari timur Cirebon. Pembukaan wisata alam dan out bond ini dilakukan berbarengan dengan peringatan HUT TNI. Kegiatan ini juga dibantu Koramil Waled. “Saya prediksi untuk benar-benar menjadikan Azimut sebagai kawasan wisata ini perlu waktu 10 tahun,” ucapnya. Aktivis lingkungan hidup, Deddy Majmoe menambahkan, keberadaan Azimut bagi wilayah timur Cirebon sangat penting. Kawasan ini sebaiknya juga dijadikan wahana konservasi lingkungan. Sebab, di wilayah timur nyaris tidak ada lokasi lain untuk kepentingan ini. “Azimut ini juga merupakan kawasan resapan air yang keberadaannya sangat penting. Di wilayah timur Cirebon kawasan resapan air ya hanya di sini ini,” tuturnya. (deny hamdani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: