Diresmikan, Tepat pada 10 November

Diresmikan, Tepat pada 10 November

KESAMBI– Kota Cirebon akhirnya memiliki Monumen Perjuangan. Setelah hampir setahun berproses, monumen perjuangan yang menjadi bentuk lain mengenang jasa para pahlawan Cirebon itu telah rampung. Peresmian dilakukan oleh Wali Kota Cirebon Drs H Ano Sutrisno MM pada Senin (10/11). Dengan anggaran mencapai Rp370 juta yang terbagi dua tahap, Monumen Perjuangan itu resmi menjadi ikon sejarah Kota Cirebon. Kepala Bidang Cipta Karya DPUPESDM Kota Cirebon Edi Kuwatno BAE SSos mengatakan, peresmian Monumen Perjuangan menandai babak baru dalam mengenang jasa para pahlawan dalam pertempuran di wilayah Kota Cirebon. Tanpa mengenal lelang dan mengorbankan nyawa, para pahlawan yang gugur dikenang dengan berbagai cara. Salah satu upaya tersebut membangun Monumen Perjuangan yang berada disekitaran lokasi pertempuran kala itu. “Monumen itu dibangun sejak tahun 2013 lalu. Karena kurang anggaran, dimasukan ke tahun 2014. Totalnya mencapai Rp370 juta dibagi dua termin,” terangnya, Minggu (9/11). Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Cirebon Didi Supardi, menerangkan, tugu Perjuangan di Jl By Pass Kesambi menjadi monumen yang akan selalu dikenang generasi selanjutnya, atas perjuangan para pahlawan Cirebon. Selama ini, Kota Cirebon tidak memiliki tugu perjuangan untuk mengenang jasa para pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan di Indonesia. Padahal, banyak pertempuran hebat terjadi di Cirebon. “Kemarin kami berharap pada 17 Agustus ini sudah jadi dan diresmikan. Ternyata belum juga. Alhamdulillah 10 November hari Pahlawan diresmikan,” ujarnya. Saat itu, kenang Didi, pada 10 November 2013 lalu, batu pertama monumen perjuangan diletakan. Setelah hampir satu tahun, monumen tersebut akhirnya dapat dinikmati dan dikenang. Ke depan, dia bersama anggota LVRI Kota Cirebon berharap agar monumen perjuangan dapat selalu berdiri tegak. Walau hanya berbentuk benda, namun, lanjut Didi, hal itu menjadi simbol dan bukti para perintis kemerdekaan RI turut berjuang mempertahankan tanah air dari penjajah. Setelah puluhan tahun berlalu, wajah Kota Cirebon telah banyak berubah. Meskipun demikian, Didi berharap agar tidak meninggalkan identitas Kota Cirebon. Sementara, satu di antara beberapa orang pelaku sejarah yang masih hidup, Mas Ngabehi Maskub Subur menceritakan, saat masa perjuangan pernah terjadi pertempuran hebat antara Pasukan Kancil dengan Belanda. “Kami banyak membunuh Belanda. Itu masa sulit penuh perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” terangnya. Dalam buku Kisah Perjuangan Masyarakat Cirebon yang didapatkan Radar Cirebon dari Wakil Ketua Pemuda Panca Marga Propinsi Jawa Barat Yuyun Wahyu Kurnia MBA, disebutkan dalam buku itu pada tanggal 12 April 1949, pasukan geriliya melakukan pencegatan Patroli Belanda di Daerah Cirebon Girang. Dalam pertempuran selama 3 Jam, pihak Belanda tewas 7 orang. Termasuk didalamnya Komandan Patroli Belanda Letnan Welly. Sementara, dari pihak pejuang tidak ada korban jiwa. Pada tanggal 2 Mei 1949, pasukan KPRM dibawah pimpinan Kapten Machmud Pasha dan Bunawi, turun ke daerah geriliya Sektor 4 di Desa Comberan dan Majasem, untuk melaksankan perintah penyerangan Kota Cirebon. Tanggal 4 Mei 1949 Jam 21.00, pasukan gerilya dibawah pimpinan Kapten Machmud Pasha melakukan serangan umum secara serentak ke Kota Cirebon dari semua penjuru. Meliputi dari arah Cideng, Parujakan, Sunyaragi, Pegambiran dan Krucuk. Monumen perjuangan di lokasi saat ini, merupakan salah satu medan pertempuran tersebut. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: