Masjid dan Pesarean Syekh Birawa di Kalitanjung, Minim Perhatian
CIREBON- Masjid dan situs pesarean Syekh Birawa berlokasi di RT 03 RW 04 Kalitanjung Timur, Kota Cirebon. Masjid dan pesarean itu masih berada di bawah Kasultanan Kasepuhan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir tidak memiliki juru kunci atau juru pelihara. Konon, di lokasi itulah Syekh Birawa mendirikan masjid dan peguron membantu Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan Islam. Kondisi masjid jauh berbeda dengan situs pesarean. Masjid yang dulunya dibangun sekitar abad ke 15 itu sudah direnovasi secara total sehingga bangunan asli masjid itu sudah hilang tak berbekas. Menurut tokoh masyrakat setempat, Mang Rebo, masjid itu dulunya bernama Masjid Jami Kalitanjung. Namun kemudian di masa Wali Kota Khumaedi nama masjid itu dikembalikan menjadi Masjid Syekh Birawa. \"Dulunya masjid ini seperti Tajug Agung yang di Kanoman, tapi kemudian direnovasi secara bertahap sehingga keaslian bangunan masjid sudah tidak ada,\" ucapnya kepada Radar Cirebon, kemarin. Pengembalian nama masjid itu sendiri berarti sangat penting. Hal ini mengingat antara masjid dan pesarean Syekh Birawa saling berkaitan dalam mengembangkan Islam di Cirebon. Lokasi keduanya terpisah oleh sungai Suba. Sehingga untuk menuju pesarean, pengunjung harus berjalan kaki, dan menyeberangi sungai. Letak pesarean Syekh Birawa sendiri berada di pemakaman umum, tepatnya di bawah pohon besar. Menurut Rebo, dulu pernah dibangunkan semacam bangunan di atas pesaeran itu. Namun bangunan itu roboh kembali. Hal ini yang membuat pesaeran tersebut terlihat berbeda dengan yang lain. Di mana pesarean itu berlokasi di tempat terbuka, tanpa bangunan serta atap. Selain terdapat pesarean Syekh Birawa, ada juga bongkahan batu bata merah yang berukuran besar di daerah tersebut. Lokasi batu bata itu berada di sepanjang bibir kali. Konon itu diduga bongkahan bangunan itu merupakan semacam peguron yang didirikan oleh Syekh Birrawa. Tak hanya itu, menurut Rebo, ada juga peninggalan lain yang saat ini masih tersimpan di Masjid Syekh Birawa, yakni benda pusaka seperti keris dan tombak. Tak kalah menarik ada juga peninggalan Alquran bertuliskan tangan. Syekh Birawa sendiri berdasarkan catatan Babad Tanah Cirebon \"Nyi Mas Kalitanjung\" yang ditulis Masduki Sarpin, ialah seorang adipati yang secara tidak sengaja berguru agama Islam di Pengguron Gunung Jati. Dia bernama Raden Birawa, merupakan keponakan dari Prabu Siliwangi. Syekh Birawa sendiri ke daerah Cirebon untuk menyusul Pangeran Walangsungsang (Mbah Kuwu) yang sudah lama berada di Pangguron Islam Gunung Jati. Pada masa Cirebon berkembang menjadi kasultanan, Raden Birrawa diajak tinggal di lingkungan keraton sebagai penasehat bersama Pangeran Walangsungsang. Oleh Mbah Kuwu Putri Raden Birawa yang bernama Nyi Mas Sekar Kemuning dijodohkan dengan Panegran Ngungsi alias raden Martakusuma. Dari perkawinan itu kemudian dikaruniai seorang putri diberi nama Nyi Mas Kalitanjung. Masih menurut Rebo, ada beberapa versi asal usul nama Kalitanjung. Ada yang menyebut karena keberadaan kali Suba dan pohon Tanjung. Ada pula yang menyebutkan nama itu diambil dari nama anak dari Syekh Birrawa yakni Nyi Mas Kalitanjung. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: