Kondisi SPBU saat Pengumuman Kenaikan BBM
Dalam Hitungan Menit, Antrean Langsung Mengular KUNINGAN – Pasca harga BBM premium dan solar diumumkan Jokowi naik senilai Rp2.000, sejumlah SPBU di Kuningan banyak diburu pemilik kendaraan, Senin (17/11) malam. Baik pemilik kendaraan roda dua maupun roda empat, temapak rela mengantre sampai jarum jam menunjukkan pukul 00.00 WIB. Pantauan Radar tadi malam di SPBU Cijoho, SPBU Rest Area Cirendang, SPBU Cilowa, SPBU Siliwangi, antrean panjang terlihat mengular. Bahkan di SPBU Cilowa terlihat jeriken berjejer menunggu antrean. Namun, petugas tampak tidak memprioritaskan pembeli yang membawa jeriken tersebut. Di SPBU Cijoho, misalnya, antrean panjang terlihat jelas. Kendaraan roda empat sampai tumpah di sepanjang jalan raya hingga beratus-ratus meter. Ekor antrean hingga mencapai depan Toserba Jogja Cijoho. Dari arah timur maupun barat tampak berseliweran kendaraan roda empat dan dua yang hendak ngantre. Ketidakteraturan itu membuat aparat kepolisian sibuk mengantisipasi kekhawatiran lakalantas. Antrean di SPBU Cijoho terbilang peringkat kedua paling panjang dari sekian SPBU lainnya yang terpantau. Pasalnya, dari sekian stasiun pengisian hanya satu stasiun saja yang beroperasi. Menurut petugas, itu akibat penjaga SPBU sudah ganti sip malam. Entah karena terbatasnya stok premium dan solar di SPBU tersebut, petugas pengisian memberlakukan pembatasan. Ini setelah mereka berdiskusi dengan aparat kepolisian. Pemilik kendaraan roda dua hanya dibatasi maksimal Rp25 ribu. Sedangkan roda empat, maksimal harus Rp150 ribu. Pemandangan serupa terlihat di SPBU Bandorasa. Ribuan sepeda motor dan mobil yang ngantre hanya dilayani satu petugas pengisi. Sehingga membuat antrean pun begitu panjang hingga beratus-ratus meter. Antrean di SPBU Bandorasa terbilang cukup parah pula dari sekian banyak SPBU yang terpantau Radar. Terlebih di SPBU Caracas, antreannya lebih panjang dari SPBU Bandorasa juga Cijoho. Di SPBU Rest Area tidak terlalu parah. Pasalnya, seluruh stasiun pengisian beroperasi. Petugas pengisi lebih banyak ketimbang SPBU lain. Sehingga antrean mampu ditekan. Ditambah dengan penerapan satu jalur yang dilakukan polisi. Kendaraan dari utara dialihkan ke arah timur, Jalan Kasturi. Sedangkan di SPBU Cilowa, antrean terlihat cukup panjang meski petugas pengisi cukup banyak. Awalnya, stasiun yang beroperasi hanya satu, namun tidak lama kemudian para petugas pengisi dipanggil kembali oleh pengelola untuk mengatasi kebutuhan pembeli. Meski antrean cukup panjang, namun kemacetan berhasil ditekan di sekitaran SPBU tersebut. Yang unik justru terlihat jeriken berbagai ukuran berjejer di SPBU Cilowa. Hanya saja tidak banyak, itupun tidak terlalu diprioritaskan petugas pengisi. Mereka lebih banyak melayani sepeda motor dan mobil tanpa pembatasan literan seperti di SPBU Cijoho. Namun ada beberapa pemegang jeriken yang kemudian dilayani petugas. “Saya isi motor ini Rp15 ribu, plus bensin di jeriken Rp25 ribu. Tapi kok isinya sedikit yah. Nantilah kalau sudah gak ngantre saya mau komplen,” ujar salah seorang pemilik sepeda motor bebek, Mulyadin, seraya mengacung-acungkan jeriken kecilnya. Warga Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, itu mengaku kaget setelah menonton berita di televisi. Dia tercengang tatkala mendengarkan pengumuman kenaikan harga BBM hingga Rp2.000. Seketika, dirinya langsung bergegas menuju SPBU terdekat, yaitu SPBU Cilowa. “Tadi itu saya lagi tiduran sambil nonton TV. Pas tahu harga bensin naik, saya langsung ingat bensin motor saya kosong. Saya pun langsung stater motor tanpa memanaskan dulu, karena takut keburu ngantre,” tuturnya. Pengakuan serupa datang dari Fauzi, pengendara mobil. Namun dirinya tak tahu jika saat itu bensin naik. Karena keburu masuk SPBU, maka dirinya pun terjebak antrean meski berada pada barisan depan terhalang banyak motor. “Saya kaget kok tiba-tiba motor-motor berdatangan. Pas tanya-tanya ternyata harga BBM naik. Ya sudah kepalang masuk pom, saya isi saja Rp100 ribu,” kata Fauzi. Abdul, pengendara Suzuki Ertiga pun menuturkan hal yang sama. Dia mengatakan, Rp2.000 pun lumayan. “Sebetulnya saya juga gak tahu kalau harga bensin naik. Tapi lumayan juga sih Rp2.000,” ujarnya sambil tersenyum lebar. Pernyataan berbeda dilontarkan Usep, pemilik sepeda motor besar. Dia menyesalkan kenaikan harga BBM yang sedikit-sedikit. Akan lebih baik, menurutnya, apabila pemerintahan sekarang menaikkan harga sekaligus tinggi, namun ke depannya tidak naik lagi. “Kalau sedikit-sedikit seperti ini kan masyarakat jadi goyah. Rp2.000 itu bagi rakyat kecil itu sangat berharga. Kecuali kalau warga menengah keatas. Seharusnya, sudah saja naikkan sekalian tinggi. Tapi selanjutnya tidak naik-naik lagi. Kalau naiknya Rp2.000, waktu itu juga Rp2.000, masyarakat kan jadi resah,” kata pria yang mengenakan topi hitam tersebut. TARIF ANGKUTAN BELUM DIPUTUSKAN Kenaikan harga BBM subsidi Rp2.000/liter membuat tarif angkutan dipastikan bakal naik. Untuk angkutan umum (angkot) dan angdes, pemerintah daerah belum menentukan tarif kenaikan. “Kami belum melakukan rapat dengan Organda dan para sopir, karena kan belum ada kepastian bakal naik. Kalau mulai Selasa naik ya pasti sopir mau tidak mau harus menaikkan, meski belum ada penentuan,” ucap Kadishub Kuningan, Drs Jaka Chaerul kepada Radar, Senin (17/11) malam. Jaka yang dihubungi ketika tengah di perjalanan pulang dari Porda Bekasi itu mengatakan, dengan kenaikan sebesar Rp2.000 liter diperkirakan tarif angkot menjadi Rp4.000 dari semula Rp3.000. dan untuk anak sekolah dari Rp1.500 menjadi Rp2.000. Menurutnya, besaran tarif tersebut baru hitungan perkiraan, karena untuk kepastian tarif akan dilakukan rapat pada Selasa (18/11) dengan sopir angkot dan Organda. Setelah ada kepastian maka langsung di-perda-kan. “Itu yang baru saya perkirakaan. Mudah-mudahan sopir angkot menaikan dengan harga normal, sebelum ada kepastian,” jelas Jaka. Ia mengaku, kerepotan dengan pengumuman pemerintah pusat terkait kenaikan BBM yang terkesan mendadak. Padahal jika tidak mendadak, pihaknya akan mudah menyesuaikan angka kenaikan tarif angkutan. “Pokoknya tunggu besok saja, karana saya tidak bisa berandai-andai mengenai kenaikan BBM terhadap tarif angkutan,” sebutnya. Sementara itu, Pemimpin Perusaahaan Otobis Luragung Termuda, H Yayan Irman Suryana mengaku, adanya kenaikan BBM bakal semakin menyulitkan usahanya. Ketika BBM normal saja, jumlah penumpang bus terus turun, terlebih jika tarif dinaikkan. Hal ini akan membuat penumpang semakin sepi. “Dengan solar naik Rp2.000, saya perkirakan kenaikan tarif menjadi 25-30 persen. Ini sudah keharusan meski sebernarnya dari tarif yang ditentukan terkadang masih dinego oleh penumpang,” sebutnya. Dampak dari kenaikan BBM juga bakal membuat tarif kendaraan tradisional seperti dokar atau delman ikut naik. Ini mengacau kepada kenaikan BBM sebelumnya. “Memang kuda tidak menggunakan BBM. Tapi kan harga pakannya ikut naik. Apakah dengan kondisi itu tarif delman tidak boleh naik? Tentu harus naik, karena kalau tidak naik rugi,” ucap Nana salah seorang kusir delman yang mangkal di wilayah perkotaaan. (ded/mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: