Warga Keluhkan Limbah PT TLI

Warga Keluhkan Limbah PT TLI

MAJALENGKA - Operasional pengolahan limbah yang dilaksanakan PT Teknotama Lingkungan Internusa (PT TLI) Majalengka,  di desa Banjaran Kecamatan Sumberjaya, dikeluhkan masyarakat dan warga sekitar. Dampak buruk operasional perusahaan tersebut, dinilai dapat menyebabkan penyakit dalam, seperti paru-paru dan TBC, serta gangguan lingkungan. Salah soerang mantan karyawan perusahaan tersebut, mengaku sudah menjadi korban gangguan kesehatan karena bekerja di pabrik itu. Menurutnya, karena terlalu sering menghirup udara kurang bersih di ruang pengolahan limbah PT TLI. “Saat bekerja di TLI, saya menderita penyakit TBC, karena kerjanya kan langsung mengolah limbah yang baru datang dari mobil fuso,” ujar mantan karyawan yang kini berprofesi sebagai buruh serabutan ini. Dikatakan, biasanya para karyawan yang menderita penyakit dalam ini bekerja di bagian produksi, di mana sehari-harinya mereka mengolah limbah cair  dan langsung menghirup bau menyengat yang dihasilkan limbah kimia tersebut. Meski demikian, hampir semua karyawan di bagian produksi yang menderita penyakit dalam ini tidak berani menyampaikan keluhan tersebut kepada perusahaan karena takut terkena sanksi. Di samping itu, risiko yang dialami karyawan tidak sebanding dengan kepedulian yang diberikan perusahaan, karena pihak perusahaan hanya memberikan jasa pelayanan di puskesmas. Keluhan juga disampaikan tokoh pemuda Desa Rancaputat, Taufik (28). Menurutnya, beberapa warga desa yang bekerja di pabrik tersebut maupun mantan pekerja, hanya sebatas mengadukan keluhan efek penyakit dalam mereka. ”Coba saja melintas di depan pabrik (TLI). Meski dari luar, tetap saja tercium bau menyengat, ya pantas saja kalau para pekerjanya menderita penyakit dalam,” kata pria yang rumahnya hanya berjarak 100 meter dari pabrik ini. Meski demikian, walaupun polusi udara yang dihasilkan PT TLI ini sudah sangat mengganggu masyarakat, ironisnya aparat desa dan keamanan setempat seolah tutup mata, dengan membiarkan pabrik tetap berproduksi. ”Saya sangat setuju kalau PT TLI ini ditutup, atau dialihkan lokasinya yang jauh dari permukiman warga,” tambahnya. Menanggapi hal ini, Supervisor Bagian Umum dan Humas PT TLI, Sumadi, mengatakan, meski setuju dikatakan limbah olahan pabriknya menimbulkan aroma menyengat, namun kondisi ini dinilainya belum berimbas pada timbulnya penyakit yang diderita para pekerjanya. Menurutnya, sejak 2010 lalu, pihaknya telah bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk mengecek kondisi kesehatan para pekerja secara rutin. ”Sebulan sekali semua pekerja di cek kesehatanya oleh dokter puskesmas di ruangan ini. Hasil chekup dokter, menyatakan baik-baik saja,” ujarnya, saat ditemui Radar di ruang kesehatan pabrik, kemarin (19/10). Menurutnya, meskipun ada pekerja yang menderita sakit, pihaknya  bertanggung jawab dengan memerintahkan mereka untuk berobat di puskesmas setempat dengan biaya gratis. ”Kalu dipungut biaya (saat berobat), pasti diganti perusahaan,” akunya. Ditambahkan, kalau ada masyarakat sekitar yang mengeluh bau dari pengolahan limbah ini sampai ke permukiman mereka, menurutnya, hal itu hanya terjadi sesekali saja karena tertiup angin. ”Kalau anginnya kencang ke arah permukiman, wajar bisa tercium baunya. Sebetulnya, lokasi pabrik cukup jauh dari permukiman terdekat,” tambahnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: