Makin Mahal, Belanja Cabai Dikurangi
MAJALENGKA – Semakin meroketnya harga cabai di sejumlah pasar tradisional membuat para pelaku usaha menengah kelimpungan. Imbasnya, sementara mereka terpaksa mengurangi hingga tidak mengeluarkan biaya produksi cabai rawit karena alasan membengkak. Salah seorang pedagang tahu goreng, Jaka (36) terpaksa tidak membeli cabai rawit karena harganya sangat “pedas” seperti rasanya. Meski ia mengaku sejumlah pembeli mengeluhkan tidak adanya cabai rawit terkesan rasa tahu kurang enak dikonsumsi. “Cabai kan sebagai bahan pelengkap makanan tahu goreng selain lontong. Saya terpaksa tidak berbelanja ke pasar karena harganya terus naik. Emang imbasnya banyak pembeli mengeluhkan tetapi dari pada belanja produksi penjualan saya membengkak,” ujarnya, Jumat (21/11). Ia menuturkan, kenaikan harga cabai rawit dirasakan sudah terjadi sejak beberapa hari sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dirinya menyiasati dengan mengurangi pembelian cabai sampai akhirnya terpaksa untuk tidak membeli cabai rawit sekalipun. Ia merasakan kalau harga cabai rawit ini terhitung sangat besar ketimbang biaya produksi seperti lontong sampai mendekati tahu dagangannya. “Dari awal harganya sekitar Rp50 ribu saya hanya beli ¼ kilogram saja. Padahal saat harganya masih berkisar Rp25 ribu per kilogramnya saya hanya beli Rp6 ribu saja sudah cukup untuk satu hari. Karena kalau beli cabai itu tidak banyak mengingat jenis komoditas ini cepat busuk. Akhirnya sampai harganya sudah melebihi Rp60 ribu, saya terpaksa tidak beli saja,” imbuhnya. Sementara itu, salah seorang pedagang sembako di Pasar Cigasong, Titi (49) mengaku dari sebelumnya harga cabai berada di angka Rp60 ribu per kilogram saat ini kembali meroket menjadi Rp62 ribu sampai Rp63 ribu per kilogramnya. Ditengarai naiknya harga cabai semua jenis ini dipicu akibat harga BBM serta kondisi cuaca buruk. “Saya juga enggak tahu mas, sekarang tambah naik lagi. Katanya dari petaninya saja harganya sudah Rp50 ribu lebih per kilogramnya. Dan saya dapat belanja dari para bandar yang biasa memenuhi barang dagangan saya. Mungkin ongkos bensin yang nambah menjadi harga cabai terus terjadi kenaikan. Padahal saya sendiri hanya ambil keuntungan sedikit,” paparnya. Terpisah, Kepala Bidang Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Disperindag KUKM Kabupaten Majalengka Drs Duddy Darajat MSi membenarkan jika harga komoditas jenis cabai semua jenis terus mengalami kenaikan di sejumlah pasar tradisional. Kenaikan harga cabai dipicu akibat cuaca buruk di Kabupaten Majalengka sehingga hasil panen menyusut. Selain itu, faktor lainnya akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. “Sudah sangat jelas bagi home industry maupun para pedagang kecil khususnya jenis makanan yang berbahan pedas. Pihak kami tidak bisa berbuat banyak hanya saja terus mengawasi untuk mengantisipasi adanya para spekulan yang nakal,” tambahnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: