Dua Bocah Meninggal karena DBD

Dua Bocah Meninggal karena DBD

Tiap Rumah Dikenakan Biaya Rp15 Ribu untuk Fogging TALUN – Wabah penyakit demam berdarah dangue (DBD) merebak di Desa Sarwadadi, Kecamatan Talun. Tercatat dalam sepekan sudah dua orang meninggal dunia. Informasi yang berhasil dihimpun Radar, kedua korban DBD itu adalah Bayu (6) dan seorang balita bernama Jafar Wibawa. Keduanya merupakan warga Desa Sarwadadi Blok Tengah RT 06 RW 02 Kecamatan Talun. Bayu meninggal pada hari Kamis (20/11) sedangkan Jafar meninggal pada hari Sabtu (22/11). Rumah keduanya memang berdekatan. Carsim (40) orang tua Bayu mengatakan anaknya didiagnosa terkena demam berdarah dan sempat mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Mitra Plumbon selama dua hari. Namun, nyawanya tidak dapat tertolong. “Saya sempat membawa anak saya ke rumah sakit, namun setelah mendapatkan perawatan intensif, nyawanya tetap tidak bisa tertolong” katanya. Sementara itu, Udin (35) orang tua dari Jafar Wibawa mengatakan anaknya juga sempat mendapat pertolongan medis di Rumah Sakit Ciremai, namun setelah dirawat selama sehari semalam, anaknya menghembuskan nafas terakhir. Udin pun mengatakan bahwa anaknya yang pertama, Siska Asih (7) juga sempat terkena demam berdarah pada akhir bulan Oktober lalu namun sekarang sudah sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya. “Anak saya sempat dirawat dirumah sakit, namun, nyawanya tidak dapat tertolong, dari ciri-ciri sakitnya, ia didiagnosa terkena demam berdarah. Beberapa minggu yang lalu, anak saya yang pertama pun terkena demam berdarah juga, tapi bisa disembuhkan,” paparnya. Tidak hanya itu, tetangga mereka pun mengalami gejala sakit yang diduga juga terkena demam berdarah. Ini berdasarkan ciri-ciri penyakit tersebut diantaranya demam tinggi dan terdapat bintik-bintik merah pada tubuh. Tita (27) dan Rita (20) pasangan kakak beradik yang merupakan tetangga Udin terpaksa dirawat di rumah sakit setelah sebelumnya menderita gejala-gejala seperti terkena demam berdarah. Tita dirawat di RSUD Gunung Jati dari hari Minggu-Kamis pekan kemarin, sedangkan adiknya, Rita dirawat di rumah sakit yang sama sejak Selasa pekan kemarin hingga sekarang. Maraknya DBD ini membuat warga khawatir. Namun, beberapa kali diusulkan untuk melakukan fogging tidak pernah terwujud. “Kami sudah pernah mengusulkan untuk segera dilakukan fogging di daerah kami, tapi sampai sekarang tidak pernah ada respons, kami tidak ingin wabah ini menjangkit ke mana-mana dan menyebabkan jatuh korban lagi,” katanya. Ditambahkan, beberapa hari yang lalu sempat ada rencana fogging di desanya, namun aparat desa setempat, Juanta (58) selaku kaur kesra setempat mengatakan untuk proses fogging atau pengasapan, setiap rumah dikenakan biaya sebesar Rp25 ribu dan hanya disubsidi desa sebesar Rp10 ribu. “Jadi, setiap rumah membayar sebesar Rp15 ribu. Namun, besaran biaya tersebut dikeluhkan warga sehingga hal itu urung dilakukan,” pungkasnya. (rif)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: