Serie A Butuh Teknologi Garis Gawang

Serie A Butuh Teknologi Garis Gawang

JEREMY Menez memang memborong dua gol kemenangan AC Milan atas Udinese di San Siro pada Minggu malam (30/11). Tetapi, ’’bintang’’ dalam laga tersebut bukan Menez, melainkan wasit Paolo Valeri. Misalnya, gol pertama Milan pada menit ke-65. Valeri memberi hadiah penalti ketika bintang Milan asal Jepang Keisuke Honda terlibat kontak fisik dengan bek Udinese, Maurizio Domizzi di kotak 16. Dalam tayangan lambat televisi, Honda terlihat berusaha menjatuhkan diri. Sial bagi Domizzi, dirinya pun terkena kartu merah. Insiden tersebut seolah menjadi kompensasi atas keputusan Valeri yang menganulir gol Milan pada menit ke-17. Yakni, saat bola sundulan Adil Rami hasil sepak pojok Giacomo Bonaventura ditangkap kiper Udinese Orestis Karnezis di belakang garis gawang. Itu jelas terlihat dalam tayangan lambat televisi. Tak pelak, insiden tersebut membuat CEO Milan Adriano Galliani kembali mendesak otoritas sepak bola Italia untuk menerapkan teknologi garis gawang. Apalagi, Rossoneri –sebutan Milan– memang familier dengan gol ’’hantu’’ atau gol yang tidak disahkan meski sudah melewati garis gawang. Contohnya, gol hantu Sulley Muntari ke gawang Juventus dua musim lalu. Meski teknologi garis gawang itu sudah digunakan di Piala Dunia 2014 dan beberapa kali memberi manfaat saat diberlakukan di Premier League musim ini, FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) memang seolah masih menutup mata. Serie-A beralasan bahwa mereka masih berpatokan kepada UEFA yang menerapkan asisten tambahan di belakang garis gawang seperti di Liga Champions atau Europa League untuk menentukan skrimit terjadinya gol atau tidak di garis gawang. ’’Saya tidak menyalahkan wasit. Kesalahan jelas berada di kami. FIFA memperbolehkan menggunakan teknologi (garis gawang) dan kami tidak melakukannya,’’ kata Galliani kepada La Gazzetta dello Sport. ’’Karena itu, saya meminta sepak bola Italia menggunakan teknologi karena teknologi bukan sesuatu yang buruk,’’ imbuhnya. Di sisi lain, pada Oktober lalu, Presiden FIGC Carlo Tavecchio telah mengusulkan kepada FIFA tentang penggunaan rekaman video pada Serie-A musim 2015-2016. Rekaman video dinilai FIGC bisa digunakan tidak hanya sekadar untuk insiden terjadinya bola yang sudah melewati garis gawang atau belum. “Rekaman video hanya membutuhkan waktu 11 detik dan bisa membantu wasit menganalisa berbagai kejadian di lapangan,” ungkapnya. (dik/c20/dns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: