Perbasi Klaim Terganjal Regulasi
CIREBON – Sejak keikutsertaanya di Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jabar pada 2006 di Kabupaten Karawang, Perbasi Kabupaten Cirebon belum pernah lolos babak kualifikasi. Mereka selalu menelan pil pahit karena terus gagal menuju final porda. Hingga Porda XII/2014 di Kabupaten Bekasi, November lalu, perbasi masih kesulitan menembus putaran final. Harapan terus dibangun, perbasi ingin merubah sejarah dengan lolos ke babak utama Porda Jabar XIII/2018 di Kabupaten Bogor. Dari tahun ke tahun, perbasi selalu menghadapi problem yang sama. Yakni ditinggalkan pemain-pemain terbaiknya yang hijrah ke luar kota. Hingga saat ini, belum ada solusi yang tepat untuk menangani persoalan tersebut. Namun demikian, perbasi tidak pernah putus asa, program pembinaan terus berjalan. Perbasi menjaga komitmennya untuk melahirkan para pebasket andal. Pembinaan terus digalakan, para pebola basket junior dibina secara intens di GOR Ranggajati Sumber demi mewujudkan mimpi berlaga di putaran final Porda 2018. “Kita tidak pernah menyerah. Harapan selalu kita jaga dengan terus berusaha melahirkan pebolabasket hebat yang berasal dari putra daerah,” ujar Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabinpres) Perbasi Kabupaten Cirebon, Imam Gartina, kemarin (7/12). Imam mengungkapkan, kendala yang dihadapi perbasi tidak hanya kehilangan sejumlah atlet andalan yang hijrah ke daerah lain. Batasan usia yang diterapkan Perbasi Jabar bagi para pebasket yang tampil di porda pun menjadi persoalan serius. Perbasi Jabar membatasi usia pebola basket yang berlaga di porda, yakni di bawah usia 19 tahun. “Batasan usia itu diterapkan merujuk pada perhelatan PON. Di PON, usia pebola basket dibatasi di bawah usia 21 tahun,” beber Imam. Imam menjelaskan, dengan periode empat tahun sekali, sangat kecil kemungkinan seorang pemain mengikuti porda sampai berulang kali. Hal itulah yang menjadi tantangan serius bagi perbasi. Sebab, perbasi harus melakukan regenerasi dengan cepat. “Kita semua tahu, pembinaan tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Perlu waktu melahirkan pebola basket yang hebat. Belum lagi persoalan jam terbang dan pengalaman yang akan memengaruhi mental seorang pemain,” katanya. Untuk pembinaan, perbasi terbantu dengan maraknya ekstrakuliler (ekskul) bola basket baik di tingkat SMP maupun SMA di wilayah Kabupaten Cirebon. Perbasi hanya punya waktu dua kali dalam sepekan di GOR Ranggajati. Melalui ekskul, para pebolabasket memiliki jam tambahan untuk beralatih meski dalam tim yang berbeda. “Agar pihak sekolah tetap semangat mempertahankan ekskul bola basket, perbasi harus mampu menyelenggarakan kompetisi secara rutin. Upaya kami lakukan dengan menggelar Bupati Cup setiap tahun,” pungkasnya. (ttr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: