Dendam Penyiksaan Lahirkan ISIS
WASHINGTON - Perlakuan tidak manusiawi oleh CIA terhadap para tahanan melahirkan kebencian yang teramat sangat. Terutama bagi mereka yang sejatinya tidak bersalah, namun tetap disiksa habis-habisan. Kebencian itu akhirnya melahirkan Islamic State (IS) atau yang lebih dikenal dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Hal tersebut diungkapkan Moazzam Begg, salah seorang tahanan CIA di Guantanamo. Begg mengungkapkan bahwa ISIS lahir di penjara bawah tanah Abu Ghraib, Iraq. Penjara tersebut memang berada di bawah kewenangan AS yang sedang menyerang Iraq. Penjara itu dipakai untuk menyiksa para tersangka terorisme. Penyiksaan yang di luar batas membuat kebencian dan dendam pada AS menumpuk. SITE Intelligence Group, kelompok yang memonitor para ekstremis, melaporkan bahwa saat ini ancaman balas dendam pada AS dari para pendukung ISIS terus bermunculan. “Saat penyiksaan dilakukan, (mantan wakil presiden AS) Dick Cheney menyatakan bahwa mereka harus beroperasi diam-diam. Apa yang tidak dia (Cheney) katakan adalah konsekuensi penyiksaan ini,” ujar Begg yang tiga tahun merasakan pengapnya penjara di Guantanamo tersebut. Begg menceritakan bahwa nasibnya sama dengan para tahanan lain. Dia ditangkap pada 2002 oleh tentara Pakistan dan agen CIA, kemudian ditahan di pusat detensi di Afghanistan. Selama ditahan di sana, dia mendengar suara perempuan yang dianiaya di kamar sebelah. Dia yakin itu adalah suara istrinya. Dia juga melihat dua orang dipukuli dan ditendang hingga tewas oleh tentara AS. Begg kemudian dibawa ke penjara Guantanamo Bay, Kuba. Dia ditahan selama tiga tahun. Dua tahun di antaranya dihabiskan di ruang isolasi tanpa cahaya. Karena tidak bersalah, Begg dibebaskan pada 2005 tanpa dakwaan sama sekali. Padahal, sudah tak terhitung berapa kali dia disiksa. Lima tahun kemudian, Begg dan beberapa tahanan Guantanamo lain mendapat uang dari pemerintah Inggris sebagai penyelesaian damai di luar pengadilan. Sebab, mata-mata Inggris diduga terlibat dalam penyiksaan yang mereka terima. Begg menambahkan, membuka kenyataan tentang penyiksaan itu ke ranah publik tidak akan mengubah apa pun. Kemarahan penduduk muslim di dunia tidak akan mereda. Sebab, sejak awal operasi, yang ditangkapi adalah muslim, baik benar-benar bersalah maupun tidak. “Ini tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik,” ujarnya. Laporan yang dibeberkan The Guardian menguatkan pernyataan Begg tersebut. Selama ini korban pemenggalan ISIS selalu mengenakan jumpsuit oranye sebelum dieksekusi. Itu sejatinya meniru seragam tahanan di Guantanamo. Hal tersebut seakan menegaskan bahwa apa yang dilakukan AS akan mereka timpakan pula pada warga AS dan Inggris yang jatuh ke tangan mereka. (Presstv/World Bulletin/The Independent/The Guardian/sha/ami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: