CIA Bela Diri soal Laporan Senat
LAPORAN Komite Intelijen Senat tentang metode interogasi kontroversial CIA membuat para pejabat dan mantan petinggi Badan Intelijen Pusat itu gerah. Sejak Rabu waktu setempat (10/12), tiga mantan direktur CIA memanfaatkan media untuk meluruskan interpretasi tim Dianne Feinstein yang menurut mereka salah. Di halaman opini Wall Street Journal (WSJ), trio mantan direktur CIA membela diri. George Tenet, Peter Goss, dan Michael Hayden menyebut hasil investigasi Komite Intelijen Senat itu sebagai laporan sepihak. “Banyak fakta yang tidak benar dan interpretasi yang salah dalam laporan tersebut. Mereka melakukan investigasi yang payah dan sengaja mendiskreditkan CIA,” tulis mereka. Padahal, menurut Tenet, CIA sudah melakukan upaya terbaiknya untuk menyelamatkan AS. “Sadarkah mereka bahwa apa yang mereka cela itu adalah upaya maksimal kami untuk membuat masyarakat AS merasa aman dan terlindungi,” protes pria yang menjadi pucuk pimpinan CIA pada periode 1997-2004 itu. Saat serangan 11 September 2001 (9/11) pecah, Tenet-lah yang menjabat direktur CIA. “Program interogasi itu telah menyelamatkan ribuan nyawa warga AS saat negara ini menghadapi bom waktu yang siap meledak setiap saat,” imbuh Tenet. Dia yakin Partai Demokrat yang berada di balik komite tersebut sengaja menambahkan bumbu politik demi kepentingan pencitraan. Sebab, Januari mendatang Demokrat kehilangan dominasinya atas senat. Dalam laporannya, Komite Intelijen Senat menyebut nama Hayden sebagai salah seorang direktur CIA yang merestui pemakaian metode interogasi kontroversial tersebut. Pria yang menjabat sejak 30 Mei 2006 tersebut menjadi bulan-bulanan gara-gara komentarnya tentang teknik interogasi pada 2007. Ketika itu pensiunan jenderal angkatan udara (AU) tersebut mengklaim aksi brutal CIA sebagai aksi yang penting. Hayden menyatakan, teknik interogasi kontroversial seperti waterboarding dan sleep deprivation itu mujarab untuk menyingkirkan ancaman keamanan terhadap AS. Gara-gara komentar tersebut, dia menuai banyak kritik. “Ini ironis. Mereka (Demokrat) terlalu berminat untuk menjatuhkan saya,” ungkap politikus 69 tahun itu dalam surat elektroniknya kepada Associated Press. Untuk meluruskan opini yang kadung terbentuk dalam masyarakat sejak publikasi laporan Komite Intelijen Senat pada Selasa (9/12), CIA membuat laporan tandingan. Dalam paparan setebal 136 halaman itu, CIA menyatakan bahwa Komite Intelijen Senat hanya mengambil sekelumit data untuk membenarkan anggapan mereka selama ini. Padahal, CIA punya jutaan lembar dokumen untuk dipelajari. “Itu sama saja seperti mengerjakan teka-teki silang hari Selasa menggunakan kunci jawaban hari Rabu,” kritik CIA. Dalam pembelaannya, lembaga yang berkantor pusat di Kota Langley, Fairfax County, Negara Bagian Virginia, itu mengungkapkan bahwa segenap aksi yang kini dianggap brutal tersebut mereka lakukan saat negara genting. Saat itu Al Qaeda baru menyerang AS dan menewaskan 3.000 orang. Selain para petinggi CIA, mantan Wakil Presiden Dick Cheney angkat bicara. Seperti mantan Presiden George W Bush yang menyebut para petinggi CIA sebagai patriot, dia juga memuji kinerja CIA. “Kami meminta CIA merancang program yang bisa menggiring pada penangkapan para militan. Dan, itulah yang mereka lakukan. Mereka patut diacungi jempol,” paparnya. Melalui situs ciasavedlives.com, CIA berusaha memperbaiki citra mereka. Para petinggi CIA tidak terima jika dianggap hanya melakukan tindakan kontroversial yang tidak membuat AS lebih aman. Teknik interogasi kontroversial terhadap Ammar al-Baluchi, misalnya. Pria yang merupakan mata-mata Al Qaeda tersebut mengalami penyiksaan di tahanan, lantas mengungkap cara penyampaian pesan antarmata-mata. Belakangan, kesaksian Baluchi itu menggiring CIA pada tempat persembunyian Osama bin Laden, pentolan Al Qaeda. “Sebelum Baluchi buka suara, kami hanya tahu bahwa kurir Abu Ahmad al-Kuwaiti-lah yang bisa berinteraksi langsung dengan Al Qaeda,” terang CIA. Tetapi, memang Kuwaiti-lah yang membuat CIA bisa mendeteksi lokasi Osama di Pakistan, lantas menghabisinya. Terpisah, John McLaughlin menuturkan bahwa teknik brutal itu membawa banyak keuntungan bagi AS. Salah satunya, mengubah Khalid Sheikh Mohammed menjadi informan AS tentang Al Qaeda. “Militan senior itu malah kemudian menjadi konsultan AS terkait terorisme,” papar McLaughlin yang menjabat wakil direktur CIA pada 2004. Ketegangan yang menyelimuti Komite Intelijen Senat dan CIA terkait dengan teknik interogasi kontroversial itu menarik perhatian mantan ajudan Bush, Ari Fleischer. Dia menyatakan, seluruh kebijakan pemerintah selalu memiliki dua sisi. Termasuk, kebijakan pemerintahan Bush dalam menyikapi aksi brutal CIA itu pada masanya. Dia menyayangkan tim Demokrat yang tidak mewawancarai CIA dalam investigasinya. Selain itu, beberapa kalangan menyayangkan Komite Intelijen Senat yang dalam kesimpulannya tidak menuntut para pejabat CIA yang terlibat dalam aksi brutal tersebut secara hukum. Seharusnya, seperti tuntutan PBB dan lembaga-lembaga HAM internasional, Feinstein menyeret para pelaku kebrutalan itu ke meja hijau. Atau, setidaknya, mereka disejajarkan dengan para penjahat HAM lain. (AP/BBC/hep/c19/ami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: