Simulasi Pengamanan Gereja dari Teror Bom

Simulasi Pengamanan Gereja dari Teror Bom

KUNINGAN - Datasemen Gegana Brimob Polda Jabar melatih anggota kepolisian Kuningan, Satpol PP dan petugas keamanan gereja, cara menanggulangi ancaman teror bom menjelang perayaan Natal, Kamis (18/12). Kegiatan yang dilakukan di aula mapolres itu bukan hanya pelatihan, namun juga simulasi antisipasi teror bom.  Anggota polisi maupun pengaman Satpol PP juga diajari penggunaan alat metal detektor dan under vehicle mirror. “Keamanan gereja juga perlu mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika ada ancamam bom. Maka datangkan langsung instruktur dari Datasemen Sat Brimob Polda Jabar,”  ujar Kapolres Kuningan AKBP Joni Iskandar melalui Kabag Ops Kompol Taufik Asrori di sela-sela simulasi. Taufik memaparkan, dalam perayaan Natal 2014 dan Tahun Baru 2015 ini pihaknya menempatkan personel gabungan yang dilengkapi dengan senjata api di 15 gereja. Serta satu ge­dung Sanggariang yang akan di­gunakan ibadah oleh umat kristiani. Dikatakannya, H-1 gereja-gereja tersebut diamankan dan disterilisasi dengan metal detecktor dan under vehicle mirror yang langsung di-back up dari Brimob Cirebon. Sementara gereja-gereja di lokasi lainnya pengamanan oleh anggota polsek dan petugas keamanan gereja. “Karena tidak semua gereja terkaver Gegana. Sterilisasi gereja yang berada di wilayah Kuningan akan dilakukan pada 23-24 Desember mendatang oleh Datasemen Gegana Brimob Cirebon,” jelasnya. Taufik menambahkan, untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru 2015, polres akan menerjunkan 400 personel dari Kepolisian Resor Kuningan. Pengaman juga dibantu TNI, Satpol PP, dishub dan Senkom sebanyak 342 personel. Se­lain pengamanan gereja, lan­jut­nya,  pengamanan juga dilakukan di lokasi-lokasi yang menjadi konsentrasi masa menyambut malam tahun baru, seperti di jalur pendakian dan ojek wisata. Sementra itu, Ipda Ujang Rah­mat SE dari Detasemen Sat Bri­mob Polda Jabar meng­ung­kapkan, ada beberapa bentuk ancaman bom seperti via telepon/surat, temuan benda mencurigakan dan ledakan. Jika menerima anca­man tersebut jangan panik, jangan menyentuh barang yang dicurigai, jauhi lokais ditemukannya benda yang dicurigai. “Jika tindakan telah terjadi ledakan, jangan panik dan tetap untuk hati – hati bom ke dua serta mengikuti arahan/petunjuk petugas melalui sistem komunikasi yang ada rangka evakuasi menuju daerah yang aman,” bebernya. Ber­kembangnya ilmu pe­nge­tahuan dan teknologi, lanjut Ujang, pada sisi lain memengaruhi berkembangnya tren ancaman/serangan te­roris berupa teror bom. Oleh karena itu diperlukan kewas­pa­daan dan pengawasan yang baik. Terkoordinasi dan terpadu dengan meningkatkan kehandalankan sistem keama­nan perusahaan, staf dan per­so­nel sekuritiyang terlatih, se­hingga dapat mengantisipasi anca­man dan tantangan di masa datang. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: