Kelangkaan Pupuk Semakin Meluas
Dua Bulan Terakhir Tidak Ada Kiriman GEBANG- Kelangkaan pupuk semakin meluas. Hampir seluruh wilayah timur Cirebon saat ini sudah tidak ada stok pupuk bersubsidi. Para penjual pupuk mengaku sudah dua bulan tidak mendapatkan kiriman. Untuk tetap bisa memulai musim tanam, petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi yang harganya jauh lebih mahal. “Kalau pupuk subsidi jenis ZA dan SP36 itu sekarang nggak ada stok. Susah sekali dapat stoknya, paling yang ada sekarang cuma pupuk bersubsidi jenis urea. Masalahnya, petani butuh ketiga-ketiganya, nggak cuma urea saja,” ujar Komala, penjual pupuk di Kecamatan Gebang, kepada Radar, (25/12). Sebagai pedagang, dirinya tak paham terkait penyebab kelangkaan pupuk. Petani pun mulai resah karena di saat mereka membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak, justru stok tidak ada. “Kasihan petani sudah beberapa kali bolak balik cari pupuk jenis ZA dan SP36 bersubsidi. Tapi karena kami nggak ada stok jadi mau bagaimana lagi,” ucapnya. Terkait perbandingngan harga antara pupuk bersubsidi dan nonsubsidi, Komala mengungkapkan, harga pupuk ZA non subsidi bisa dua kali lipat bahkan lebih dari pupuk subsidi. Sekarang ini, pupuk ZA non subsidi harganya Rp170 ribu. Sementara harga pupuk ZA subsidi hanya Rp70 ribu. “Saya yakin petani pasti kesulitan. Bayangkan saja, harganya berbeda jauh,” katanya. Penjual pupuk lainnya, Beni mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, seharusnya pemerintah memberi penguman terkait kondisi yang terjadi sekarang ini. Sehingga tidak membingungkan pedagang dan petani. Sekarang ini, semua bertanya-tanya mengenai penyebab pupuk ZA dan SP36 bersubsidi hilang di pasaran. Tapi, jangankan membantu petani, pemerintah mengumumkan penyebab kelangkaan pupuk saja tidak dilakukan. Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (Distanbunakhut), Ir Adi Yulianto mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan PT Petrokima terkait kelangkaan pupuk. Sayangnya, upaya koordinasi ini sia-sia karena sudah akhir tahun dan tidak memungkinkan adanya penambahan kuota pupuk. Terjadinya kelangkaan sendiri, disebabkan adanya pergeseran musim tanam. Tak hanya itu, pemerintah juga sedang melakukan efisiensi lantaran terbatasnya anggaran subsidi pupuk. “Tidak dikeluarkannya pupuk saat ini karena stoknya mulai menipis, sehingga perlu ada efesiensi pengeluaran pupuk. Saat ini juga pemerintah provinsi sudah tidak bisa apa-apa, soalnya subsidi dari pemerintah pusat sudah dibayar,” kata Adi. Keterbatasan alokasi anggaran subsidi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga menyebabkan tidak bisa dilakukannya penambahan kuota. “Kalau alokasi yang diberikan alokasi dari pemerintah sedikit, kita dari pemerintah daerah akan meminta tambahan alokasi. Mungkin ditahun depan alokasi pupuk jenis ZA akan ditambahkan lagi,” tukasnya. Dijelaskannya, dalam persoalan kelangkaan pupuk, pemerintah daerah tetap akan lebih mengutamakan pupuk yang digunakan untuk swasembada padi, bukan untuk sayuran. Sebab, alokasi pupuk untuk kebun sendiri sudah jelas, karena sudah menggunakan KKP (Kredit Ketahanan Pangan). “Sebenarnya alokasi rillnya dengan 27 ribu ton untuk urea sudah cukup, tapi karena kondisi di Kabupaten Cirebon suka terkena banjir dan serangan hama penyakit, sehingga antisipasinya akan ada penambahan alokasi pupuk. Di tahun 2015 alokasinya ditambah menjadi 32 ribu ton lebih,” bebernya. (den)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: