Mulai Menjamur, Pusatnya di Kedawung dan Weru

Mulai Menjamur, Pusatnya di Kedawung dan Weru

Geliat Usaha Konveksi di Kabupaten Cirebon Adanya peluang bisnis untuk memenuhi kebutuhan sandang, membuat banyak orang mengembangkan usaha garmen (konveksi).   Laporan Mohamad Junaedi, Weru   Di Kabupaten Cirebon, usaha ini sudah menjamur di setiap kecamatan. Namun, yang paling menonjol adalah di kawasan Kecamatan Kedawung, Tengahtani, Weru dan Plered sampai wilayah Palimanan. Salah satu pelaku usaha yang bergelut dibidang garmen adalah Tajudin Faza. Bujangan yang memiliki usaha di Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru ini sudah menggeluti bisnis konveksi atau garmen sejak awal tahun 2000-an.  Dia melanjutkan usaha kakaknya yang sempat berhenti akibat badai krisis moneter tahun 1998. Akibat kegigihan dan keuletannya, usaha ini perlahan berkembang dan bertahan sampai dengan sekarang. “Alhamdulillah, orderan setiap bulan ada,” ujar pria lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba Bandung ini. Berbekal jaringan di Bandung, ia tidak sukar dalam mendapatkan bahan baku untuk membuat pakaian yang dipesannya. Hal ini yang membuat salah satu keunggulan usaha yang diberi nama Prima Faza ini. “Kami selalu ready apabila ada yang pesan, karena bahan baku kaus ataupun baju kita bisa siapkan,” ujarnya. Kemudian, ia pun menerima pesanan yang jumlahnya tidak banyak, sehingga banyak komunitas yang memiliki anggota cuma puluhan orang bisa memesan dengan harga yang cukup terjangkau, dan kualitas barang yang tak kalah jauh dengan konveksi besar lainnya. “Minimal pesenanan 1 kodi tapi dibawah satu kodi kita masih terima,” bebernya. Semua pesanan ia kerjakan dengan tepat waktu, karena hal itu yang menjadi nilai lebih usahanya ditengah persaingan jasa konveksi sekarang ini. “Kita punya kelebihan lain, diusahakan untuk tepat waktu, pelanggan akan senang kalau pesanan mereka dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” ucapnya. Dari usaha ini, minim-minimnya ia mendapatkan penghasilan bersih setiap bulannya sekitar Rp3-4 juta. Namun hal itu fluktuatif. Apalagi di wilayah Cirebon dan sekitarnya masih percaya dengan kekuatan bulan kapit, di mana selama bulan ini terkadang orderan sepi. “Saya rasakan betul ya, kalau masuk bulan itu order sepi sekali,” katanya. Sebagai seorang enterpreneur, ia ingin usahanya lebih maju lagi. Misalnya, punya keinginan untuk membuat satu brand fashion yang bisa menjadi ciri khas wilayah Cirebon sebagai daerah wisata. Namun, sampai dengan saat ini masih terkendala dengan tenaga kreatif yang menghasilkan berbagai desain gambar t-shirt. “Saya belum punya orang yang benar-benar konsen untuk membuat sebuah desain yang original. Sekarang sih, kita mengandalkan desain dari si pemesan atau kadang kita bikin desainnya dulu baru dicocokkan dengan keinginan mereka,” terangnya. Untuk permodalan, Tajudin belum terlalu gusar, karena memang berjalan dengan sendirinya. “Karena kita masih pemesanan, untuk modal belum menemui kesulitan. Tapi, kalau sampai kita buat distro, kita harus punya modal cadangan,tapi itu tidak masalah,” jelasnya. Dalam menghadapi persaiangan usaha, pihaknya tidak terlalu khawatir. Pasalnya, dari segi kualitas barang dia menjamin tidak akan merugikan. “Kita hanya perbaikan di manajemen saja dan penambahan personel, kalau mesin atau apa kita sudah sangat siap,” pungkasnya. (*)   Foto okri riyana/radar cirebon  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: