Pertemuan Lanjutan Bahas Isu Inti
Juru Runding Bahas Idealisme Islah Golkar JAKARTA - Para juru runding dualisme Partai Golongan Karya masih memiliki waktu sekitar dua pekan lagi untuk kembali bertemu untuk membahas proses islah. Dengan masa waktu yang cukup panjang, pertemuan dua kubu beringin tersebut akan langsung membahas sejumlah agenda inti dari masing-masing pihak. Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar hasil Musyawarah Nasional (Munas) Jakarta Zainudin Amali menyatakan, pertemuan para juru runding pada 8 Januari 2015 menjadi penting karena agenda dua kubu Partai Golkar akan disampaikan. “Pertemuan sebelumnya lebih kepada silaturahmi dan menyepakati sejumlah poin untuk pertemuan selanjutnya,” kata Zainudin saat dihubungi wartawan koran ini. Dia menjelaskan, tuntutan kubu munas Jakarta kepada kubu munas Bali untuk keluar dari Koalisi Merah Putih tidak boleh diartikan bahwa beringin harus bergabung dengan pemerintah di Koalisi Indonesia Hebat. Menurut dia, Partai Golkar sebaiknya menjadi partai penyeimbang yang tidak terikat dengan posisi KMP maupun KIH. “Golkar ini kan partai besar. Kita bisa menjadi penyeimbang sekaligus memberikan kritik bila ada yang keliru,” ujarnya. Sebelumnya, juru runding Partai Golkar Priyo Budi Santoso menyatakan, pertemuan lanjutan juru runding pada 8 Januari 2015 membicarakan idealisme islah. Di dalamnya tidak tertutup kemungkinan akan dibicarakan posisi kepengurusan Partai Golkar saat islah nanti. “Apakah cukup merger dengan penggabungan kepengurusan atau lewat mekanisme munas yang bersifat islah,” kata Priyo. Posisi lain yang dibahas adalah terkait dengan masa depan Partai Golkar dalam pemilihan kepala daerah. Usul untuk merger, kata Priyo, tentu tidak mudah. Satu pertanyaan mendasar dan sulit adalah siapa yang nanti menjadi ketua umum dari hasil merger itu. Namun, Priyo menegaskan bahwa semua opsi musyawarah mufakat masih terbuka. “Satu hal yang kita hindari adalah proses pengadilan. Sebab, merujuk kepada kasus PKB (Partai Kebangkitan Bangsa, Red), itu lamanya satu tahun delapan bulan. Partai Golkar akan kehilangan kesempatan mengikuti pilkada,” jelasnya. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung menilai, islah adalah jalan terbaik bagi kedua kubu untuk menyelesaikan problem dualisme. Sebab, mekanisme islah bisa mempersatukan kembali Partai Golkar sehingga ada optimisme bila dibandingkan dengan tercerai berai dalam menghadapi Pemilu 2019. “Kedua pihak harus berdamai demi kepentingan kemenangan partai yang bermuara pada 2019,” ujar Akbar. Akbar meminta kedua kubu mengesampingkan ego mereka. Akbar menilai, jika tidak mampu mengatasi, mereka layak disebut sebagai perusak partai. “Kedua pihak harus menyadari posisi mereka sebagai kader Partai Golkar,” tandasnya. (bay/c4/fat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: